Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kreativitas Berbasis Sains dan Rekayasa Mampu Menggerakkan Ekonomi

Kompas.com - 06/10/2015, 13:43 WIB
KOMPAS.com - Bisnis start-up dalam bidang sains dan rekayasa perlu dikembangkan. Pengembangan kreativitas sains dan rekayasa yang mampu menghasilkan uang seharusnya juga menjadi perhatian Badan Ekonomi Kreatif.

"Kreativitas tidak bisa hanya berbasis kultur. Kreativitas yang sustain adalah yang berbasis teknologi," kata Laksana Tri Handoko, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Dan juga pasti mampu menggerakkan ekonomi."

Handoko mengungkapkan, kreativitas berbasis teknologi mampu bertahan lama sebab bisa mengatasi masalah riil yang dihadapi masyarakat.

Menurut Handoko, kreativitas berbasis sains dan rekayasa sebenarnya sudah muncul. Misalnya, di Jakarta, muncul perusahaan yang memanfaatkan big data untuk memetakan banjir Jakarta.

Contoh lain yang banyak dikenal adalah layanan Go-Jek yang mampu memecahkan biaya transportasi yang mahal sekaligus bisa mengatasi kemacetan.

LIPI kini mendorong berdirinya perusahaan start-up yang punya muatan teknologi lebih banyak, bukan sekedar memanfaatkan teknologi informasi untuk kebutuhan konvensional.

"Konsep pengembangannya adalah jual beli lisensi," ungkap Handoko saat ditemui dalam Science and Technology Festival di Bandung, Senin (5/10/2015).

LIPI misalnya telah mengembangkan radar seharga 2-3 juta. Radar ini bisa berfungsi membantu nelayan dalam navigasi di laut mencari ikan. Selain itu LIPI juga mengembangkan telemetri untuk akuisisi dan pengiriman data.

Hasil-hasil rekayasa itulah yang nantinya ditawarkan ke perusahaan start-up teknologi yang berminat memproduksi. LIPI bertanggung jawab melakukan pemantauan pada produksi awal hingga perusahaan mampu menghasilkan produk sesuai target.

Handoko mengatakan, pihaknya juga berniat menjalin kerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif. Harapannya, lembaga baru itu bisa lebih concern pada industri kreatif bidang sains dan rekayasa.

Big Data

Selain mendorong berkembangnya start-up bidang sains dan rekayasa, LIPI kini juga terus meningkatkan kapasitas dalam pengolahan big data.

Senin kemarin, LIPI menandatangi kontrak kerjasama dengan Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) dengan commitment fee sebesar Rp 100 juta.

Handoko menuturkan, dengan kerjasama itu, Indonesia bisa mendapatkan akses pada data besar yang dimiliki CERN serta mengembangkan kemampuan penelitinya dalam pengolahan data besar.

"Targetnya kita bisa mampu kembangkan infrastruktur dan tools yang mendukung big data," ujar Handoko.

Saat ini, di Cibinong Science Center telah terdapat fasilitas kluster komputer yang memungkinkan untuk pengolahan data besar.

Infrastruktur pendukung big data itu sudah terkoneksi ke global grid. Kapasitas targetnya adalah 16 full rack sementara saat ini baru 8 full rack.

"Fasilitas ini terbuka bagi seluruh komunitas ilmiah se-Indonesia. Banyak data sudah terbuka walaupun ada data-data hasil penelitian yang masih kita lindungi untuk kepentingan ilmiah," jelas Handoko.

Tentang data besar yang dimiliki LIPI, selain data dari internasional sudah ada juga data tren cuaca dan iklim, data genom, serta data-data hasil penelitian serta survei dari ilmuwan Indonesia.

Fasilitas ini juga terbuka bagi start-up yang ingin bergerak di bidang teknologi dan data, seperti menghasilkan aplikasi-aplikasi pengolahan data.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com