Sampel otak itu berusia 4.000 tahun, ditemukan di Seyitomer Huyuk, situs zaman perunggu di Turki, pada tahun 2010.
Temuan otak itu mengundang tanya para ilmuwan. Bagaimana bisa otak bisa terawetkan dengan baik selama ribuan tahun?
Setelah pemiliknya mati, otak dengan cepat akan terurai. Namun, otak yang ditemukan di Turki ini masih utuh.
Meric Altinoz dari Halic University di Istanbul, Turki, berupaya menganalisis penyebab terawetkannya otak itu.
Diketahui bahwa tempat penemuan otak adalah wilayah tektonik aktif. Kayu-kayu gosong banyak dijumpai.
Berdasarkan hal itu, Altinoz menduga bahwa dahulu gempa pernah mengguncang wilayah penemuan otak dan memicu kebakaran sehingga orang terkubur reruntuhan dan terbakar.
Api kebakaran mengonsumsi oksigen serta merebus dan mendidihkan otak bersama cairannya di tengkoraknya. Proses tersebut mencegah penguraian jaringan otak.
"Level pengawetan otak, dikombinasi dengan usianya, sangat mengagumkan," kata Frank Ruhl dari University of Zurich yang juga terlibat analisis, seperti dikutip New Scientist, Kamis (3/10/2013).
Temuan organ yang terawetkan dengan baik sangat penting. Organ tersebut akan membantu ilmuwan meneliti penyakit degeneratif seperti kanker pada masa lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.