Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia "After Earth", Mungkinkah Jadi Nyata?

Kompas.com - 11/06/2013, 20:56 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Film After Earth sudah tayang di Indonesia mulai 5 Juni 2013 lalu. Sudahkah Anda menonton?

Di Amerika, film yang disutradarai oleh M Night Shyamalan serta dibintangi oleh Will Smith dan putranya, Jada Pinkett Smith, ini mendapat banyak kritik. Selain soal penghasilannya yang tergolong relatif minim, ada yang mengatakan bahwa film ini adalah propaganda Saintologi.

Soal kaitan antara After Earth dan Saintologi akan dibahas kemudian. Yang lebih menarik tentu adalah After Earth dan sains.

Dalam film tersebut, dikisahkan bahwa manusia sudah hidup di planet lain bernama Nova Prima. Bumi sudah tak dapat ditinggali lagi karena sudah mengalami kerusakan akibat bencana besar yang dialami.

Cypher Raige (Will Smith) dan Kitai (Jada Smith) melakukan perjalanan antariksa, tetapi terhadang oleh badai asteroid.

Akibat badai asteroid, keduanya terpaksa mendarat di sebuah planet yang ternyata adalah Bumi. Saat itu, sudah 1000 tahun sejak bencana besar yang dialami Bumi terjadi. Bumi saat itu sudah tak seperti saat ini.

Digambarkan, Bumi minim oksigen. Manusia harus menggunakan oksigen cadangan yang dihirup dengan cara mirip menghirup obat asma.

Lingkungan Bumi menjadi ancaman. Hewannya raksasa dan buas. Selain itu, perbedaan siang dan malam sangat ekstrem. Siang panas, malam bersalju. Untuk bertahan, manusia harus menemukan titik panas di beberapa wilayah Bumi agar tak membeku dan mati.

Nah, mungkinkah kondisi Bumi seperti dalam "After Earth" menjadi nyata? Mungkinkah manusia tak tinggal di Bumi lagi?

Astronom amatir, Ma'rufin Sudibyo, yang aktif mempelajari benda langit, fenomena astronomi, dan kosmologi serta Ferry M Simatupang, astronom Institut Teknologi Bandung, yang juga pengajar astronomi dan lingkungan, memberikan komentar.

Pada dasarnya, ada banyak gambaran dalam "After Earth" yang perlu dikritik, tak bisa ditelan mentah-mentah.

Contoh, Bumi yang menjadi minim oksigen. Menurut Ma'rufin, Bumi yang minim oksigen dan kaya karbon dioksida mungkin saja terjadi, tetapi sangat sulit. Saat ini, konsentrasi oksigen 21 persen dan karbon dioksida kurang dari 1 persen.

"Agar manusia perlu memakai masker udara, kadar CO2 perlu ditingkatkan jadi paling tidak 10 persen. Apakah bisa terjadi kadar CO2 di atas 10 persen? Secara teori bisa, tetapi sulit terjadi," urai Ma'rufin.

Namun, meski sulit, bukan berarti tidak mungkin. Manusia kini berperan besar dalam perubahan di Bumi.

Ferry mengungkapkan, atmosfer Bumi pada awalnya mirip dengan atmosfer Mars dan Venus. Kadar CO2 bisa mencapai 95 persen. Kadar CO2 kemudian berkurang karena di Bumi berkembang makhluk hidup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com