Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkacalah pada Gary, Pelestari Orang Utan

Kompas.com - 02/03/2009, 23:50 WIB

"Kenapa orang-orang bule lebih peduli kepada orang utan ketimbang kita sebagai masyarakat Indonesia?"

Pertanyaan tersebut bukan bermaksud untuk menggugat sebagian orang Indonesia yang sampai sekarang mungkin masih berpikir hutan tropis menjadi hak manusia daripada orang utan.  Namun, pernyataan tersebut diajukan kepada Gary Shapiro, Ph.D., pendiri Orang Utan Republik Education Initiative (OUREI), salah satu LSM dunia yang peduli keberadaan orang utan di Indonesia.

"Mungkin kurangnya pengetahuan tentang orang utan," ujar Gary menjawab lugas atas pertanyaan tersebut saat diajukan salah seorang saat jumpa pers "Selamatkan Orang Utan dan Habitatnya untuk Kehidupan" di Jakarta, Senin (2/3).

Padahal, ia yang berasal dari Amerika Serikat begitu yakin bahwa konservasi orang utan sangat penting karena hanya bisa dilihat di Indonesia. "Menjadi kewajiban kita untuk melestarikannya," terang Gary.

"Perlu anda ketahui, 97 persen DNA dari orang utan itu mendekati manusia," katanya. Gary sendiri telah memulai penelitian tentang keberlangsungan orang utan di Indonesia sejak tahun 1978. Ia mengawalinya di Kampliki, Tanjung Puting, yang terletak di semenanjung barat daya Kalimantan Tengah.

"Saya tertarik pada ilmu jiwa si otak besar orang utan ini, dan satu-satunya negara yang bisa menjawab kehausan saya adalah Indonesia dengan 100 ribu ekornya waktu itu," papar lulusan Universitas Oklahoma ini.

Menurut Gary, Tanjung Puting waktu itu termasuk cagar alam. Barulah pada 12 Mei 1984 ditetapkan menjadi Taman Nasional Tanjung Puting oleh Menteri Kahutanan seluas 405.000 ha.

Selain itu, jumlah Orang Utan masih 100 ribu ekor yang tersebar di seluruh Kalimantan, termasuk Sabah dan Sarawak. Jumlah ini makin berkurang tiap tahunnya. Setidaknya terjadi penurunan 10 persen dalam lima tahun terakhir terhadap habitat orang utan yang secara otomatis mengurangi pula populasinya.

"Sayang, belum ada survei pasti tentang jumlah orang utan. Tapi saya perkirakan hingga tahun ini tinggal ada 55 ribu ekor. Sebelumnya memang ada survei, yakni tahun 2004 sebesar 50 ribu ekor. Itu juga hanya di daerah Kalimantan, bukan termasuk Sabah dan Sarawak," terang Gary.

Sementara pada wilayah Sumatera hingga akhir tahun 2008 masih tersisa 6.600 ekor orang utan. Gary juga memperkirakan pada tiga tahun terakhir terjadi pembunuhan antara 4000-5000 ekor orang utan di seluruh Indonesia. Perubahan fungsi hutan menjadi lahan persawahan pemukiman menjadi penyebab berkurangnya populasi orang utan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com