Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jarang Ada Kasusnya, Benarkah Anak-anak Kebal Virus Corona?

Kompas.com - 06/02/2020, 17:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Hingga hari ini, virus corona Wuhan telah menyerang 27.723 orang dan membunuh 563 orang di 28 negara. Virus ini tampak tidak pandang bulu dan menginfeksi begitu banyak orang dalam waktu singkat.

Namun, data yang ada menunjukkan Usia median orang yang terinfeksi virus corona Wuhan antara 49 hingga 56 tahun. Sebaliknya, sangat langka ada anak yang terkena virus corona Wuhan dan menunjukkan gejala parah.

Apakah ini artinya anak-anak kebal terhadap virus corona Wuhan?

Menurut Dr Malik Peiris, ketua virologi di University of Hong Kong, anak-anak tidak kebal terhadap virus corona Wuhan. Namun, ketika mereka terinfeksi, gejala yang mereka alami cenderung ringan sehingga luput dari pemantauan ahli.

Baca juga: Update Virus Corona 6 Februari: 27.723 Orang Terinfeksi, 563 Meninggal

Dilansir dari The New York Times, Rabu (6/2/2020); dia lantas berkata bahwa jika virus ini menyebar hingga ke seluruh dunia, maka kita mungkin akan melihat lebih banyak kasus virus corona Wuhan pada anak-anak.

Dugaan Peiris dikuatkan oleh laporan yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 24 Januari 2020.

Salah satu kasus yang dikaji dalam laporan tersebut adalah mengenai seorang anak berusia 10 tahun yang pergi ke Wuhan bersama keluarganya.

Ketika kembali ke Shenzen, seluruh anggota keluarga anak tersebut, yang berusia 36-66 tahun, menunjukkan gejala-gejala pneumonia Wuhan, dari demam, sakit tenggorokan hingga diare.

Anak tersebut juga ditemukan memilik tanda-tanda pneumonia di paru-parunya, tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala yang kasat mata.

Baca juga: Ahli Jelaskan Kapan Vaksin Virus Corona Selesai dan 4 Pertanyaan Lainnya

Para ahli mencatat bahwa pola ini mirip dengan virus corona jenis lainnya, yaitu SARS dan MERS.

Dalam epidemik MERS di Arab Saudi pada 2012 dan Korea Selatan pada 2015, sebanyak 800 orang meninggal dunia. Namun, mayoritas anak-anak yang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala apa-apa.

Sama halnya dengan epidemik SARS pada 2003. Mayoritas dari 800 korban jiwa akibat penyakit ini berusia 45 tahun. Sebaliknya, tidak ada anak-anak yang meninggal akibat SARS; meskipun dari 8.000 kasus SARS, ditemukan 135 anak-anak yang terinfeksi.

Dr Peiris berkata bahwa hingga kini, para ahli belum dapat menentukan apa penyebab dari fenomena ini.

Namun, ada dugaan bahwa orang dewasa lebih rentan terhadap virus corona karena memiliki banyak penyakit penyerta, seperti diabetes, darah tinggi atau penyakit jantung. Berbagai penyakit penyerta ini menganggu imunitas tubuh yang sudah menurun karena usia.

Pertanyaannya yang kini mengganggu para ahli adalah, apakah anak-anak yang terinfeksi dan tidak bergejala bisa menularkan virus corona ke orang lain?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau