Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Komet yang Datang dari Ruang Antarbintang

Kompas.com - 09/12/2019, 17:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BENDA langit itu tampak sebagai sebintik cahaya samar dengan bentuk ekor tak kalah samar. Sangat redup, kecerlangannya hanya 1 % dari planet–kerdil Pluto nan legendaris.

Gennady Borisov, astronom amatir Ukraina yang bekerja sebagai insinyur di Sternberg Astronomical Institute di Crimea, menjadi orang pertama yang menyaksikannya pada Jumat malam 30 Agustus 2019 waktu setempat. Borisov merekamnya melalui teleskop reflektor 65 cm buatan sendiri. Siapa sangka, komet tersebut ternyata datang dari ruang antarbintang.

Tata surya kita tidaklah sendirian dalam Bima Sakti ini. Di luar sana terdapat milyaran sistem keplanetan lain yang relatif mirip, dengan ribuan diantaranya telah ditemukan hingga saat ini.

Pada dasarnya sistem–sistem keplanetan tersebut lahir lewat mekanisme serupa, yakni dari awan yang berkondensasi membentuk bintang induk di pusatnya dan planet–planet di tepinya.

Konfigurasi ini awalnya tak stabil. Gravitasi bintang induk memang membuat planet–planet beredar mengelilinginya, akan tetapi gaya tarik menarik antar planet secara perlahan namun pasti mengubah bentuk orbitnya masing–masing.

Pada suatu saat, dua atau lebih planet itu mengalami sinkronisasi gravitasi, di mana periode revolusinya masing–masing merupakan fraksi bilangan sederhana terhadap planet yang lain.

Sinkronisasi memicu sentakan kuat yang mengubah orbit setiap planet yang terlibat. Ada planet yang terdorong lebih mendekat ke bintang induknya. Namun juga ada yang terdorong untuk lebih menjauhi bintang induknya, menempati kawasan yang lebih dingin.

Akibat perubahan ini, terjadilah konfigurasi ulang nan dahsyat, yang memaksa posisi kawasan asteroid dan komet dalam sistem keplanetan itu ditata ulang. Sebagian diantaranya bahkan harus rela terpental keluar dan mengarungi keluasan langit, menjadi asteroid atau komet antarbintang.

Benda langit temuan Borisov kini dikodekan sebagai komet C/2019 Q4 Borisov atau singkatnya komet Borisov saja. Komet Borisov tergolong komet antarbintang dan menjadi benda langit ketiga yang berasal dari ruang antarbintang yang telah ditemukan umat manusia sepanjang sejarah.

Benda langit pertama adalah asteroid 1I/Oumuamua (sebelumnya A/2017 U1), asteroid berbentuk mirip kapal selam sepanjang 500 meter yang ditemukan pada Oktober 2017 silam.

Sedang benda langit kedua adalah asteroid mini bergaris tengah hanya 50 cm yang menerobos selimut udara Bumi sebagai meteor–sangat terang (fireball) di lepas pantai utara pulau Irian pada 8 Januari 2014 silam. Asteroid 08012014 itu baru diidentifikasi sebagai benda langit dari ruang antarbintang pada April 2019 ini.

Baik kedua asteroid maupun komet Borisov memiliki satu ciri khas menonjol. Eksentrisitas orbitnya cukup besar hingga melebihi 1. Bahkan terhadap titik barisenter tata surya, yaitu titik di mana segenap massa tata surya kita diperhitungkan, ketiganya tetap mempunyai eksentrisitas orbit lebih besar dari 1.

Pada komet Borisov eksentrisitas orbitnya 3,2 sementara pada asteroid 08012014 sebesar 2,4 dan pada asteroid Oumumamua sebesar 1,2.

Artinya ketiga benda langit itu memiliki orbit hiperbolik, yakni orbit yang berpusat pada Matahari tetapi bersifat terbuka. Berbeda dengan benda–benda langit anggota tata surya yang telah dikenal saat ini, yang selalu menempati orbit ellips (ellips), yaitu orbit dengan eksentrisitas lebih besar dari 0 namun kurang dari 1.

Orbit ellips merupakan kurva tertutup. Komet–komet tertentu memang dikenal memiliki orbit parabolik, namun saat diperhitungkan kembali ke titik barisenter tata surya ternyata orbitnya tetap berupa ellips meski eksentrisitasnya mendekati 1.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com