Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Dulu Maluku Sudah Sering Gempa, Ini Riwayat Sejarahnya

Kompas.com - 15/11/2019, 20:00 WIB
Gloria Setyvani Putri,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa tektonik bermagnitudo M 7,1 mengguncang wilayah Maluku Utara pada hari Kamis (14/11/2019) pukul 23.17.41.

Seperti dilaporkan oleh Kompas.com, gempa ini menimbulkan sejumlah kerusakan, termasuk 55 rumah warga di Maluku Tengah dan 19 bangunan di Ternate.

Namun, sebetulnya bukan kali ini saja Maluku Utara mengalami gempa. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kawasan Laut Maluku sudah beberapa kali terkena gempa kuat dan merusak.

Gempa Sangir pada 1 April 1936, misalnya. Pada saat itu, guncangannya mencapai skala intensitas VIII - IX MMI yang merusak ratusan rumah.

Selain itu, Gempa Pulau Siau pada 27 Pebruari 1974 juga memicu longsoran dan kerusakan banyak rumah di berbagai tempat.

Baca juga: Ahli BMKG Jelaskan Kondisi Tektonik yang Bikin Maluku Sering Gempa

Terakhir adalah Gempa Sangihe-Talaud pada 22 Oktober 1983 yang juga merusak banyak bangunan rumah.

Zona sumber gempa Laut Maluku juga memiliki catatan sejarah tsunami destruktif, seperti:

  • Tsunami Banggai-Sangihe 1858 yang menyebabkan seluruh kawasan pantai timur Sulawesi, Banggai, dan Sangihe dilanda tsunami.
  • Tsunami Banggai-Ternate 1859 mengakibatkan banyak rumah di pesisir disapu tsunami.
  • Gempa Kema-Minahasa 1859 juga memicu tsunami setinggi atap rumah-rumah penduduk.
  • Tsunami Gorontalo 1871 juga menerjang di sepanjang pesisir Gorontalo.
  • Tsunami Tahuna 1889 menerjang kawasan pesisir Tahuna setinggi 1,5 meter.
  • Tsunami Kepulauan Talaud 1907 menerjang pantai setinggi 4 meter.
  • Tsunami Salebabu 1936 menyapu pantai setinggi 3 meter.

Selain sejarah gempa dan tsunami masa lalu, catatan terbaru gempa kuat di Laut Maluku cukup banyak.

Baca juga: Pusat Gempa di Laut Maluku, Kenapa Terasa Sampai Manado dan Halmahera?

Sebagian besar diantaranya berpotensi tsunami, seperti yang pernah terjadi pada: 1979 (M=7,0), 1986 (M=7,5), 1989 (M=7,1), 2001 (M=7,0), 2007 (M=7,5), 2009 (M=7,1), 2014 (M=7,3), 2019 (M=7,0), dan 2019 (M=7,1).

"Gambaran kerangka tektonik, aktivitas kegempaan, dan sejarah tsunami di atas kiranya cukup untuk menyimpulkan bahwa kawasan Laut Maluku memang merupakan zona yang sangat rawan gempa dan tsunami," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono.

Dia menambahkan, kondisi tektonik aktif dan kompleks ini tentu perlu mendapat perhatian khusus dan serius termasuk tantangan untuk merancang sistem mitigasi yang tepat untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi dan tsunami yang berpotensi terjadi di wilayah ini.

Menurut pantauan BMKG, hingga pukul Hingga 17.00 WITA atau 16.00 WIB, telah terjadi 112 gempa susulan Laut Maluku.

"Ada 7 gempabumi dirasakan," tulis BMKG.

Baca juga: BMKG: Peringatan Dini Tsunami Gempa Maluku M 7,1 Dicabut, Kondisi Aman

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau