KOMPAS.com - Selama beberapa hari terakhir ini, wilayah Indonesia sedang mengalami cuaca panas.
Suhu maksimum bahkan bisa mencapai 38,8 derajat celcius seperti yang dicatatkan oleh Semarang dan Jatiwangi kemarin.
Sayangnya, menurut Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari, cuaca panas ini akan masih terasa hingga seminggu atau bahkan 10 hari ke depan di daerah-daerah selatan Jawa dan Nusa Tenggara.
Panasnya cuaca membuat masyarakat gelisah, terutama soal dampak kesehatannya.
Kompas.com pun menghubungi dr Yance Tengker, dokter umum di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RSAL) dr Oepomo, Surabaya, pada Selasa (22/10/2019) untuk mengetahui efek dari cuaca panas pada kesehatan.
Baca juga: Suhu Panas Landa Indonesia, BMKG Prediksi Sampai 10 Hari Ke Depan
Dokter Yance berkata bahwa risiko kesehatan yang paling umum dari cuaca panas adalah dehidrasi.
Lantas, bila paparan panas terus terjadi dan aktivitas terus dilakukan pada suhu tinggi, maka pemasalahan kesehatan yang bisa muncul berikutnya adalah kejang otot karena panas (heat cramp).
Heat cramp kemudian bisa berlanjut menjadi kepanasan parah (heat exhaustion) yang gejalanya meliputi keringat berlebi dan denyut yang lebih cepat, dan pingsan karena panas (heat syncope).
"Yang paling parah, dia terkena heat stroke (sengatan panas). Heat stroke kalau enggak ditangani dengan benar dan cepat bisa mengancam nyawa karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ," ujar dr Yance.
Untungnya, heat stroke bisa dicegah asal sejak kemunculan tanda awalnya sudah ditangani.
Baca juga: 2 Hari Berturut-turut, Semarang dan Jatiwangi Terpanas di Indonesia
Dalam menghadapi cuaca panas, Yance menyampaikan bahwa hal yang paling penting adalah memperhatikan konsumsi air putih.
Manusia normal membutuhkan air sekitar dua liter air per hari, tetapi kebutuhan ini bisa meningkat jika aktivitas Anda tinggi.
Jika Anda sudah mulai mengalami dehidrasi, segeralah minum dan istirahat. Bila diperlukan, minum minuman yang mengandung elektrolit, seperti minuman isotonik.
Lalu, hindari memakai pakaian tebal ketika suhu tinggi, jaga pola makan dan istirahat yang cukup dan konsumsi multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh bila memang diperlukan.
Dokter Yance berkata bahwa hingga saat ini, kita tidak bisa mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh dehidrasi untuk berubah sampai menjadi heat stroke.
Pasalnya, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk metabolisme tubuh, paparan suhu dan aktivitasnya, sehingga masing-masing kasus bervariasi prosesnya.
Itulah sebabnya, Anda harus selalu waspada dan mencegah agar tidak mengalami heat stroke, bahkan sejak dehidrasi muncul.
Baca juga: Serba-serbi Heat Stroke, dari Penyebab, Gejala hingga Penanganan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.