Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Minuman Berenergi saat Berkendara, Adakah Pengaruhnya?

Kompas.com - 22/09/2019, 17:05 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.comMinuman berenergi kerap dianggap solusi untuk menahan kantuk, atau membuat badan lebih bugar saat berkendara. Apakah anggapan tersebut benar?

Praktisi kesehatan tidur Dr Andreas Prasadja, RPSGT, mengatakan bahwa ada kesalahpahaman mengenai rasa kantuk terutama saat berkendara.

“Kesalahan manusia modern ya seperti ini, menganggap kantuk sebagai suatu penyakit yang harus diobati. Padahal kantuk merupakan sinyal tubuh yang normal, sama seperti lapar,” tuturnya kepada Kompas.com, Jumat (20/9/2019).

Dr Andreas mengatakan sah-sah saja mengonsumsi minuman berenergi saat berkendara. Namun itu bukanlah hal yang pertama kali harus dilakukan jika mengantuk saat berkendara.

“Nomor satu, ke pinggir dulu. Berhenti. Boleh minum kafein atau minuman penambah energi. Tapi habis itu, harus tidur dulu baru melanjutkan perjalanan,” tutur Dr Andreas.

Baca juga: Coffee Naps Efektif Hilangkan Kantuk

Hal yang tak diketahui banyak orang adalah butuh waktu 30 menit bagi kafein untuk bekerja dalam tubuh.

“Dengan tidur siang 30 menit, kita dapat manfaat dari tidur dan kafein bisa bekerja,” tambah konsultan utama di Snoring & Sleep Disorder Clinic tersebut.

Panduan untuk Berkendara

Dr Andreas mengatakan, pantang hukumnya bergadang sebelum berkendara. Ia menyebutkan tiga panduan penting untuk berkendara terutama jarak jauh:

1. Selalu cukup tidur

“Seminggu sebelumnya harus cukup tidur, 7-9 jam setiap malam. Malam sebelum berkendara jarak jauh, tidur minimum 6 jam,” ujar Dr Andreas.

2. Jangan berkendara pada waktu kita biasa tidur

“Jika biasa tidur pada malam hari, maka hindari berkendara jarak jauh pada malam hari. Tapi kalau terbiasa tidur di siang hari, ya berkendara malam tidak masalah,” tuturnya.

3. Berhenti tiap dua jam

“Setiap dua jam, berhentilah untuk stretching selama 15 menit. Baru lanjutkan perjalanan,” tambah Dr Andreas.

Dr Andreas menekankan, berkendara dalam kondisi mengantuk lebih berbahaya dibandingkan mabuk. Oleh karena itu, lanjut ia, Anda harus mengenali tanda-tanda kantuk.

Pertama adalah ketika Anda mulai menguap. Kedua, ketika kepala sudah bersandar di headrest. Ketiga, saat sedang menyetir namun seperti tidak sadar. I

"Ini berarti separuh otak sedang tertidur," tutur Dr Andreas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau