Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal di Apartemen Mungil? Waspadai Risiko Kesehatannya

Kompas.com - 04/09/2019, 08:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Di kota besar seperti Jakarta, apartemen mungil menjadi salah satu solusi akan terbatasnya lahan tempat tinggal. Hal yang sama terjadi pada kota-kota metropolis dunia. New York misalnya, mengakali hal tersebut dengan dibangunnya micro-unit apartment dengan luas antara 23-34 meter persegi.

Micro apartment seperti ini bisa jadi solusi untuk kaum profesional usia 20-an,” tutur Dak Kopec, Director of Design di Boston Architectural College seperti dilansir dari The Atlantic, Selasa (3/9/2019).

Meski begitu, Dak Kopec mengatakan, micro apartment bisa jadi sangat tidak menyehatkan bagi pekerja dengan usia lebih dari 20 tahun.

Baca juga: Beli Apartemen 43,4 Miliar, Alasan Kelakuan Orang Tajir Bikin Kita Kepo

“Namun bisa jadi sangat tidak menyehatkan bagi pekerja dengan usia lebih dari itu, terutama 30-an dan 40-an, yang mengalami faktor stress jika dihadapkan dengan tempat tinggal yang mungil,” tutur penulis buku Environmental Psychology for Design tersebut.

Dak Kopec punya pemikiran bahwa rumah seharusnya menjadi area ang aman. Dengan tinggal di apartemen mungil, para pekerja dengan jam kantor yang ketat akan merasa terjebak dalam klaustrophobia (fobia ruangan sempit) pada malam hari.

Berdasarkan penelitian Dak Kopec, stress yang disebabkan oleh tempat tinggal yang mungil bahkan bisa meningkatkan kemungkinan adanya kekerasan dalam rumah tangga.

Menambah rutinitas baru

Apartemen yang hadir di kota-kota besar terkadang berukuran sangat mungil, sehingga tidak bisa mengakomodir barang-barang utama seperti tempat tidur, meja, dan sofa dalam satu ruangan.

Ini berarti tinggal di apartemen mungil bisa jadi menambah pekerjaan rutin Anda. Mulai dari melipat tempat tidur, atau memasukkan meja makan ke dinding seperti semula.

Mulanya Anda mungkin tidak merasa hal ini bermasalah. Namun lama-kelamaan, Dak Kopec menyebutkan, kebiasaan-kebiasaan baru ini bisa jadi memberatkan. Melipat tempat tidur dan meja setiap hari, pada satu waktu, akan menjadi rutinitas yang memberatkan karena tingkat stress yang tinggi pada pekerjaan.

Solusi apartemen mungil.www.dezeen.com Solusi apartemen mungil.

Susan Saegert, Professor of Environmental Psychology di CUNY Graduate Center, mengatakan tinggal di apartemen mungil bisa jadi gangguan untuk penghuni lainnya. Terutama jika Anda merupakan bagian dari keluarga dengan satu anak, yang tinggal dalam apartemen seluas 27 meter persegi.

“Saya belajar tentang perkembangan anak-anak di apartemen yang padat dan rumah susun. Mayoritas dari mereka memiliki kesulitan dalam konsentrasi dan belajar,” tutur Susan, yang juga merupakan Director of Housing Environments Research Group.

Minim privasi

Permasalahan utama pada keluarga yang tinggal di apartemen terletak pada minimnya privasi. Padahal, ada satu nilai penting yang harus diaplikasikan dalam sebuah keluarga. Nilai tersebut adalah mengomunikasikan tujuan di masa depan, yang para ilmuwan sebut sebagai identity claims.

“Ketika hidup di apartemen mungil, kita terpaksa untuk memikirkan hal-hal fungsional seperti apakah ada ruang kosong untuk menyimpan kulkas. Padahal sebuah apartemen juga harus memenuhi kebutuhan psikologis, seperti ekspresi diri dan relaksasi. Hal itulah yang sulit didapatkan di apartemen mungil,” tutur Profesor Psikologi di University of Texas, Samuel Gosling.

Kota metropolis seperti New York telah berkutat dengan pro-kontra apartemen mungil selama berpuluh tahun lamanya. Namun permasalahan baru selalu muncul, seperti sharing apartemen dengan orang lain secara ilegal, dan munculnya zonasi apartemen yang menghasilkan lingkungan kurang memadai untuk hidup nyaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com