KOMPAS.com - Kepala BMKG, Prof Dr Dwikorita Karnawati MSc, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (16/8/2019); mengabarkan bahwa El-nino lemah yang telah berlangsung 10 bulan sejak Oktober 2018 telah berakhir.
"El Nino saat ini sudah melemah, menjelang berakhir. Samudera Pasifik diprediksi tidak mengalami gangguan anomali iklim hingga awal tahun 2020," katanya.
Untuk diketahui, El-nino merupakan salah satu variasi angin dan suhu permukaan laut di wilayah tropis belahan timur Samudra Pasifik yang ireguler dan berkala.
BMKG melaporkan bahwa pada Agustus 2019, anomali suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik bagian tengah (wilayah indokator Nino 3.4) berada pada kisaran -0,5 hingga 0,5 derajat celcius. Ini menandai kondisi netral dan berakhirnya episode El Nino lemah 2018/2019.
Kondisi netral ini diprediksi akan bertahan hingga awal tahun 2020.
Baca juga: Pada Bulan Apakah Musim Hujan 2019/2020 Tiba di Indonesia?
Namun, saat ini terdapat gangguan anomali iklim Samudera Hindia.
"Saat ini terpantau oleh tim, ada gangguan berupa fenomena Dipole Mode Positif, namun diprediksi akan cenderung netral pada akhir 2019 ini," ujar Dwikorta.
Dipole Mode Positif ditandai oleh suhu muka laut yang lebih dingin dari normalnya di wilayah Samudera Hindia bagian timur (sebelah barat Sumatera bagian selatan dan selatan Jawa) dibandingkan Samudera Hindia bagian barat di sebelah timur Afrika.
Barulah pada akhir 2019, musim hujan datang dengan diawali oleh perubahan sirkulasi umum angin monsun, yaitu peralihan Monsun Australia (timuran) menjadi angin Monsun Asia (baratan).
Baca juga: Jawa Dingin Lagi, BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Dingin Hari Ini
Awal musim hujan erat kaitannya dengan mulai dominannya Monsun Asia yang mengalirkan udara basah dari Benua Asia. BMKG memprediksi peralihan angin menjadi dominan Monsun Asia akan terlambat.
Monsun Asia akan datang ke Indonesia dimulai dari wilayah Sumatera bagian Utara pada bulan November 2019, lalu wilayah Sumatera, Kalimantan Dan Sulawesi pada Desember 2019. Namun, pada Januari 2020, Monsun Asia diprediksi telah dominan aktif di seluruh wilayah Indonesia.
Memperhatikan tidak adanya gangguan anomali iklim di Samudera Pasifik Dan Samudera Hindia secara signifikan, maka musim hujan 2019/2020 diperkirakan akan lebih banyak dipengaruhi oleh tiga hal.
Ketiga hal itu yakni kekuatan Monsun Asia, panas atau dinginnya suhu muka laut di perairan Indonesia sendiri, dan fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang sering menyebabkan gangguan cuaca dalam skala intra-seasonal (gangguan dalam musim) dan juga dapat mempengaruhi kondisi musim hujan 2019/2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.