KOMPAS.com – Masih ingatkah Anda dengan proyek mesin pembaca pikiran yang sedang digarap Facebook?
Pada bulan Maret tahun ini, Mark Zuckerberg mengakui bahwa perusahaannya sedang menciptakan alat yang bisa menghubungkan otak dengan komputer untuk berkomunikasi secara langsung. Maksud Zuckerberg adalah agar kita bisa mengetik hanya dengan kekuatan pikiran.
Dalam bayangannya, alat itu menyerupai topi mandi atau headset yang bekerja dengan mendeteksi aktivitas otak atau aliran darah tertentu.
Kini, proyek itu semakin dekat dengan kenyataan.
Baca juga: CEO Facebook Akui Sedang Bangun Mesin Pembaca Pikiran
Dilansir dari Futurism, Selasa (30/7/2019); Facebook tengah berkolaborasi dengan para peneliti di University of California-San Fransisco untuk membangun alat yang bisa membantu pasien dengan kerusakan neurologis agar bisa bicara dengan menganalisis aktivitas otak mereka.
Perkembangan penelitian itu juga telah dilaporkan dalam artikel yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Communications.
Rupanya, para peneliti memang telah berhasil membuat alat yang bisa menerjemahkan pikiran pasien.
Dalam eksperimen, para pasien diberi sebuah pertanyaan dan diminta untuk menjawab secara lantang. Sebelum para pasien menjawabnya, para peneliti mencoba untuk memprediksikan jawaban mereka dengan membaca sinyal otak yang terekam oleh elektroda di dalam kepala.
Baca juga: Berkat Implan Otak, 6 Pasien Buta Bisa “Melihat” Kembali
Menurut para peneliti, mereka berhasil memprediksikan jawabannya dengan tingkat akurasi hingga 61 persen.
Mereka pun mengklaim bahwa hasil ini telah menunjukkan kemampuan alat untuk melakukan penerjemahan wicara dalam situasi percakapan interaktif secara real time, yang memiliki implikasi penting bagi para pasien yang belum bisa berkomunikasi.
Meski demikian, para peneliti juga mengakui bahwa alat ini masih jauh dari impian Zuckeberg. Pada akhirnya, para peneliti ingin agar alat pembaca pikiran bisa memiliki kecepatan menerjemahkan 100 kata per menit dengan kosakata mencapai 1.000 dan kesalahan menerjamahkan kurang dari 17 persen.
Sementara itu dalam eksperimen kali ini, para partisipan memiliki pilihan jawaban yang terbatas. Oleh karena itu, meskipun alat memiliki tingkat akurasi 61 persen, teknologi ini jelas belum siap digunakan oleh masyarakat luas.
Lagipula, yang diuji dalam eksperimen adalah elektroda yang harus ditanamkan ke otak pasien melalui operasi. Itu jauh lebih invasif dari bentuk headset atau topi mandi yang dibayangkan oleh Zuckerberg.
Di samping elektroda, Lab Riset Facebook juga sedang mengeksplorasi berbagai alternatif lainnya, seperti teknologi infrared. Mereka juga sedang melirik metode pengukuran tingkat oksigenasi darah untuk menghubungkan otak ke komputer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.