Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Polisi Tembak Polisi, Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Aparat?

Kompas.com - 26/07/2019, 17:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kasus polisi membahayakan nyawa orang lain dengan senjata api kembali terjadi.

Kali ini, seorang polisi menembak polisi lain di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Brigadir RT menembakkan 7 butir peluru ke tubuh rekannya, Bripka RE, hingga tewas di tempat, Kamis (25/7/2019).

Menurut keterangan RT, dia tersulut emosi setelah mendengar ucapan RE sebelum kejadian.

Kasus penyalahgunaan senjata api juga pernah terjadi sebelumnya. Pada 14 Juli 2019, seorang anggota polisi di Aceh Singkil menembak seorang pemuda hingga tewas ketika menonton hiburan organ tunggal.

Baca juga: Polisi Tembak Polisi dan Catatan untuk Aparat

Seperti kita tahu, tugas polisi adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Namun, di balik tanggung jawab besar itu, polisi bisa berada di dalam tekanan yang menyebabkan hilang akal sampai menggunakan senjata api untuk kepentingan pribadi.

Beberapa dari kita mungkin bertanya, kenapa polisi bisa tembak polisi lain? Apa yang sebenarnya terjadi pada psikologis polisi yang bersangkutan?

Menanggapi kejadian ini, psikolog klinis Ratih Ibrahim mengatakan, ketika seseorang ingin masuk menjadi anggota kepolisian, mereka harus menjalani asesmen penilaian yang sangat teliti dan panjang.

Polisi yang masuk menjadi anggota kepolisian adalah yang terpilih. Itu benar.

Namun, bukan tidak mungkin ada beberapa faktor yang terlewat ketika menjalani proses asesmen sehingga menimbulkan kejadian negatif. Hal ini sangat mungkin, misalnya bagaimana kondisi kepribadian dan kondisi emosional anggota polisi tersebut.

"Nah, orang-orang tersebut menjadi berbahaya ketika dia memegang senjata (api). Itu sebabnya seleksinya sangat ketat, siapa yang boleh memegang senjata dan siapa yang tidak," ungkap Ratih kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (26/7/2019).

Ratih menilai, polisi yang bertugas di lapangan sangat keras.

Keras di sini dalam artian, sifat dari pekerjaan, ruang lingkung di mana dia berada, dan juga berhadapan dengan kasus-kasus kriminal setiap hari.

Dari kondisi pekerjaan tersebut, secara tidak langsung akan berpengaruh pada kejiwaan seseorang.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau