KOMPAS.com - Jangan takut menjalani
colok dubur. Manfaatnya lebih besar dari rasa geli dan risih yang mungkin muncul ketika melakukannya.
Dr A Hamid Rochanan SpB-KBD M Kes, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia berkata, colok dubur adalah pemeriksaan paling dini terbaik yang bisa dilakukan untuk deteksi
kanker kolorektal. Jenis
kanker ini merupakan salah satu kasus terbesar yang menimpa pria Indonesia.
"
Colok dubur dan periksa tinja darah samar paling mudah dilakukan," katanya.
Colok dubur berguna untuk mendeteksi banyak penyakit di kolon. Di luar kanker, metode ini bisa mendeteksi adanya ambien sebelum parah. Dengan jari yang dibungkus sarung tangan, dokter bisa tahu tonjolan aneh di kolon. Sementara untuk kanker, metode ini berguna untuk mengetahui adanya kanker kolon di bagian luar. Wujudnya bisa berupa tonjolan.
"Kita bisa lakukan tiap tahun. Di puskesmas bisa. Kalau di lab juga murah," ungkapnya.
Dalam diskusi Penatalaksanaan
Kanker di Era BPJS Kesehatan pada Senin (15/7/2019), Hamid mengutarakan bahwa sebagian besar penderita kanker kolorektal datang pada saat yang terlambat, ketika kanker sudah metastasis alias di stadium 3 atau 4.
Penanganan pada fase tersebut sulit dan mahal. Terapi target cetuximab memberikan benefit besar bagi penderita kanker kolon tetapi hanya efektif untuk kolon bagian kiri. Sementara terapi targe dengan bevacizumab efektif untuk bagian kanan dan kiri tetapi BPJS hanya bisa meng-cover pengobatan itu jika digunakan untuk bagian kiri.
Dengan kompleksitas pengobatan, deteksi dini adalah cara terbaik untuk menghindari keparahan. Selain colok dubur dan periksa tinja darah samar, pasien di atas umur 45 tahun perlu melakukan kolonoskopi. Dengan metode ini, tonjolan atau polip bisa ditemukan, termasuk yang bersifat kanker.
"Untuk pasien yang punya risiko tinggi, misalnya yang anggota keluarganya punya riwayat kanker kolon, pemeriksaan perlu dilakukan sejak muda. Tidak perlu tunggu usia 30," ungkap Hamid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.