Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Penjelasan LIPI soal Viral Tanaman "Dieffenbachia" Beracun

Kompas.com - 13/07/2019, 07:00 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di media sosial dan aplikasi WhatsApp beredar informasi tentang tanaman Dieffenbachia yang disebut mengandung racun hingga dapat menyebabkan kematian.

Menurut informasi yang beredar itu, ada seorang anak mengalami kejang-kejang sesaat setelah menggigit daun tanaman hias ini.

Bidang Botani dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan penjelasan mengenai isu yang beredar ini.

Narasi yang beredar

Salah satu akun di media sosial Facebook mengunggah konten yang menyebutkan anak-anak yang menjadi korban karena menelan daun tanaman ini.

Informasi diunggah pada 10 Juli 2019 dan dibagikan akun lainnya.

Tanaman Dieffenbachia dikenal sebagai tanaman hias dengan warna putih kombinasi hijau dan batangnya bergetah.

Ini bunyi pesan yang beredar dan tangkapan layarnya:

BAGI YANG PUNYA ANAK KECIL, TOLONG BUANG TANAMAN "DIEFFENBACHIA" YANG BERACUN INI! JANGAN TANAM!

Semoga adik Nashwa sehat dan ceria selalu, jadi anak yang baik. Aamiin...
Guys, sekedar berbagi. Mungkin ada yang sudah tahu mungkin juga ada yang belum.
Kalau di rumah kita menanam pohon keladi seperti gambar ini dan ada anak kecil, lebih baik dibuang saja karena tanaman tersebut ternyata sangat BERACUN!
Kejadian sore kemarin. Dek Nashwa main di luar rumah lalu mengambil tanaman ini dan menggigitnya sedikit. Begitu Masuk rumah dia malah menangis sejadi-jadinya merasakan sakit yang teramat sangat padahal tak ada luka apapun. Ibunya Panik dan tak tahu harus berbuat apa. Sang ibu pun menanyakan anak gadis 4 tahun tersebut tadi memang habis ngapain.
Si anak pun sambil terus menangis menahan sakit menjawab kalau dia habis menggigit daun tanaman tersebut.
Setelah dicari informasinya di google tentang tanaman ini ternyata muncul fakta yang sangat mengejutkan.
Dieffebachia. Tanaman hias yang sering ditanam di perkarangan rumah ataupun di pot. Getah dan daunnya ternyata mengandungi calcium oxalate yang bisa menyebabkan kejang-kejang dan gatal-gatal di bibit dan lidah.
Tanaman inilah yang membuat dek Nasha menangis sambil mulutnya ternganga dan kejang-kejang. Air liur pun menetes tiada henti.

Tangkapan layar unggahan mengenai tanaman Dieffenbachia.Facebook Tangkapan layar unggahan mengenai tanaman Dieffenbachia.
Dek Nashwa pun lalu dibawa ke klinik terdekat. Sang ibu pun menceritakan kronologisnya. Lalu dokter menanyakan apakah si kecil menelan tanamannya? Sang ibu tak tahu. Begitu juga dek Nashwa belum bisa diajak bicara karena terus menangis menahan sakit. Dokter lalu memeriksanya. Bibir bengkak sedikit. Pernapasan baik-baik saja. Dokter bilang seandainya sampai tertelan bisa menyebabkan radang tenggorokan dan menyumbat saluran pernapasan. Dokter pun lalu memberikan obat.

Waktu pulang ke rumah Nashwa sudah mau bicara dan ditanya apakan menelan daun tanaman tersebut atau tidak. Lalu dia bercerita kalau dia mengambil satu tangkai dan menggigit daun tersebut lalu diludahkan kembali karena tiba-tiba bibirnya merasakan sakit dan gatal-gatal. Lalu masuk rumah dan minum air.

Untunglah cuma menggigit sedikit dan tak sampai menelannya. Tak terbayang seandainya sampai tertelan entahlah apa yang terjadi selanjutnya mungkin lebih mengerikan.
Alhamdulillah kondisi Nashwa sekarang sudah mulai membaik.

Untuk para orangtua waspadalah. Namanya juga anak-anak rasa keingintahuannya sangat besar. Masih polos dan masih belum membedakan mana yang baik dan yang buruk ketika bermain. Kita sebagai orangtua lah yang berperan penting menciptakan lingkungan yang aman baginya.

Silakan share supaya supaya tak ada korban selanjutnya.

Benarkah informasi ini?

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau