Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Ikan Asin, Bantu Eropa Temukan "Dunia Baru"

Kompas.com - 12/07/2019, 13:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Masyarakat modern saat ini kerap menyimpan makanan dalam kulkas. Tujuannya adalah agar makanan tetap layak makan dalam waktu yang cukup lama.

Namun, pernahkah Anda membayangkan apa yang digunakan oleh manusia pada ribuan tahun lalu untuk memastikan makanan mereka tetap layak makan dalam jangka waktu lama?

Sejak ribuan tahun, manusia melakukan pengawetan makanan untuk memastikan kebutuhan mereka tercukupi dalam waktu yang lama.

Salah satu cara yang digunakan dalam pengawetan ini adalah pengasinan. Metode ini merupakan pengawetan makanan tertua di dunia.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Air di Darat Terasa Segar, Kok Air Laut Asin?

Adalah masyarakat Mesir Kuno yang menyadari penggunaan garam bisa untuk mengawetkan makanan. Semula mereka mengawetkan daging lalu berbagai jenis makanan lain, bahkan mumi.

Bagi budaya Romawi Kuno, pengasinan juga menjadi salah satu aktivitas penting. Pasalnya, dengan cara ini mereka "mengamankan" persediaan makanan yang cukup untuk beberapa waktu.

Pengasinan Ikan

Pengasinan juga telah dilakukan oleh para nelayan di berbagai belahan dunia sejak ribuan tahun. Para nelayan mengasinkan ikan tangkapan mereka di laut untuk memastikan bisa bertahan hingga mereka kembali ke daratan.

Meski begitu, cara pengasinan ini berbeda di tiap wilayah.

Di beberapa negara, pengasinan dilakukan dengan metode kering. Sedangkan beberapa wilayah lain menggunakan metode basah.

Kedua metode ini sama-sama menggunakan memanfaatkan sifat garam.

Sebagai informasi, garam akan mengeluarkan kelembapan dari makanan. Sedangkan, seperti yang kita tahu, bakteri sangat suka tempat lembap.

Karena kelembapan berkurang, maka bakteri penyebab pembusukan akan lebih sulit hidup.

Selain itu, garam memiliki sifat hipertonik. Sel yang hidup di lingkungan hipertonik akan mengalami dehidrasi melalui osmosis dan mati atau tidak aktif.

Berkat proses pengasinan ini, orang Eropa pada Abad Pertengahan berhasil menemukan dunia baru. Dengan makanan yang diawetkan, mereka bisa berlayar selama berbulan-bulan di tengah lautan.

Baca juga: Kenapa Ada Orang yang Doyan Makanan Asin?

Ikan Hidup di Laut, Kok Harus Diasinkan?

Tapi, mungkin yang jadi pertanyaan lain, bagaimana ikan yang hidup di laut tetap harus diasinkan agar bisa awet?

Faktanya, sebagian besar bakteri baru akan mati atau tidak aktif dalam kadar garam lebih dari 10 persen.

Sedangkan, air laut hanya mengandung 3,5 persen garam. Dengan kata lain, makanan baru bisa awet dalam kadar garam 3 kali lipat dari air laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau