KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa bumi berputar menurut porosnya atau berotasi. Akibatnya, kita mudah melihat bintang, bulan, planet, atau bahkan galaksi seolah ikut bergerak atau berputar.
Selain itu, bulan, matahari, dan planet juga melakukan putaran serupa. Namun, yang jadi pertanyaan apakah alam semesta juga berputar?
Misteri putaran alam semesta ini telah lama jadi teka-teki bagi para ahli kosmologi. Hal ini diungkapkan oleh astrofisikawan Badan Antariksa AS (NASA), Tess Jaffe.
"Ini pertanyan yang sangat abstrak, seperti sebagian besar kosmologi, tetapi kami yang mempelajari kosmologi berpikir bahwa ini adalah cara untuk mempelajari fisika dasar," kata Jaffe dikutip dari Live Science, Minggu (07/07/2019).
Baca juga: Galaksi Tertua di Jagat Raya Ditemukan
"Ada hal-hal tertentu yang tidak dapat kami uji di laboratorium di Bumi, jadi kami menggunakan alam semesta dan geometrinya, yang bisa memberi tahu kami tentang fisika dasar," sambungnya.
Ketika memikirkan semesta, para ilmuwan mengasumsikan bahwa bahwa jagat raya tidak berputar dan isotropik (terlihat sama di semua arah).
Asumsi ini konsisten dengan persamaan Einstein. Berdasar pemikiran tersebut, para ilmuwan membangun standar model kosmologis yang menggambarkan alam semesta.
Untuk melihat apakah asumsi ini tepat, para ilmuwan mengumpulkan pengamatan untuk menguji model tersebut. Secara khusus, mereka mengumpulkan data menggunakan cahaya dari latar belakang gelobang mikro kosmik (CMB).
Sebagai informasi, CMB adalah cahaya tertua yang dapat kita amati dengan jarak 380 ribu tahun setelah Big Bang.
Para peneliti menemukan, cahaya CMB itu tidak menunjukkan bukti bahwa semesta berputar.
Studi dari ahli astrofisika Imperial College London pada 2016 menyimpulkan, kemungkinan alam semesta adalah isotropik sekitar 120.000 banding 1. Artinya, jagat raya terlihat sama, tidak peduli dari arah manapun Anda melihat.
Penelitian lain juga menemukan kemungkinan 95 persen alam semesta adalah homogen atau sama di mana-mana dalam skala besar.
Berbagai studi itu menunjukkan bahwa alam semesta kita bersifat seragam dan tidak berputar. Hasil ini cukup melegakan bagi para kosmolog yang percaya mengenai asumsi awal mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.