Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Beberapa Orang Lebih Rentan Digigit Nyamuk?

Kompas.com - 24/06/2019, 16:32 WIB
Shierine Wangsa Wibawa,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Ada orang yang bisa duduk lama dan tidak digigit nyamuk, ada juga yang dengan mudah menjadi sasaran nyamuk. Namun, mengapa hal ini bisa terjadi?

Hal ini sebenarnya berhubungan dengan lanskap kimia tak kasatmata yang ada di udara dan mikrobakteri dalam kulit kita.

Nyamuk memanfaatkan lanskap kimia yang berisi jejak kimia halus dari tubuh manusia untuk mencari korban gigitan.

Secara khusus, nyamuk mengandalkan karbon dioksida untuk menemukan inangnya. Saat manusia menghembuskan napas, karbon dioksida tidak langsung menyatu dengan air, tapi mengambang di udara dan meninggalkan "jejak" untuk diikuti nyamuk.

Baca juga: Jamur Ini Hasilkan Racun Laba-laba untuk Bunuh Nyamuk Malaria

"Nyamuk dapat melacak targetnya dari jarak 50 meter berdasar karbon dioksida yang ditinggalkan," ujar Joop van Loon, ahli entomologi dari Universitas Wageningen di Belanda, dilansir Live Science, Sabtu (22/6/2019).

Ketika berada di jarak sekitar satu meter, nyamuk mulai mendeteksi target potensial. Di sini nyamuk memperhitungkan banyak faktor menentukan siapa yang digigit mulai dari suhu kulit dan keberadaan uap air.

Para ahli berpendapat, variabel terpenting dalam memilih target gigitan adalah senyawa kimia yang diproduksi koloni mikroba di dalam kulit.

"Bakteri mengubah sekresi kelenjar keringat menjadi senyawa volatil yang dibawa melalui udara ke sistem penciuman di kepala nyamuk," imbuh Van Loon.

Rangkaian senyawa kimia ini memang rumit, termasuk adanya lebih dari 300 senyawa kimia yang berbeda. Variasi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Dalam studi yang terbit di jurnal PLOS ONE pada 2011, ahli menemukan bahwa pria yang memiliki banyak keragaman mikroba kulit cenderung lebih sedikit digigit nyamuk dibanding pria dengan mikroba kulit kurang beragam.

Selain itu, pria dengan mikroba yang kurang beragam cenderung memiliki bakteri Leoptotrichia, Delfia, Actinobacteria Gp3, dan Staphylococcus di tubuhnya.

Sebaliknya, pria dengan beragam mikroba cenderung memiliki bakteri Pseudomonas dan Variovorax di kulit mereka.

Perbedaan kecil dalam komposisi rangkaian senyawa kimia ini dapat menjelaskan mengapa ada orang yang mudah digigit nyamuk dan ada yang tidak.

"Seseorang dapat mengalami perubahan komposisi koloni mikroba, terutama jika sedang sakit," imbuh Jeff Riffell, profesor biologi dari Universitas Washington yang mempelajari sifat nyamuk.

Baca juga: Terungkap, Cara Nyamuk Deteksi Kulit Manusia untuk Digigit

Belum ada penelitian yang mengungkap cara untuk mengendalikan mikroba pada kulit manusia.

Namun untuk menghindari gigitan nyamuk, ada baiknya untuk tidak memakai pakaian berwarna gelap.

"Nyamuk suka warna hitam. Jadi kenakan sesuatu yang lebih berwarna jika ada acara di malam hari," ujar Riffell.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau