Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Melek VPN, Mengungkap Cara Kerja, Keamanan, dan Panduan Memakainya

Kompas.com - 23/05/2019, 18:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Mohammad Taha Khan* dan Narseo Vallina-Rodriguez**


KOMPAS.com - Sekitar seperempat pemakai internet menggunakan sebuah “virtual private network” (jaringan privat virtual), yakni susunan software yang menciptakan koneksi data terenkripsi dan aman antara komputer mereka dan komputer lain di mana pun di internet.

Banyak orang menggunakan VPN untuk melindungi privasi mereka ketika menggunakan hotspot Wi-Fi, atau untuk tersambung secara aman ke jaringan kantor ketika mereka sedang bepergian.

Ada pula pemakai VPN yang khawatir mengenai pengintaian dari pemerintah dan penyedia jasa internet.

Banyak perusahaan VPN berjanji menggunakan enkripsi kokoh untuk mengamankan data, dan mengatakan mereka melindungi privasi pengguna dengan cara tidak menyimpan informasi lokasi VPN diakses atau apa yang dilakukan pengguna selama mereka tersambung ke VPN.

Jika semua berjalan sebagaimana mestinya, seseorang yang “mengintip” komputer Anda tidak akan melihat semua kegiatan intenet Anda — hanya koneksi tak bermakna yang bisa dilihat.

Perusahaan, pemerintah, atau hacker yang mengintai lalu-lintas internet secara keseluruhan memang masih dapat mengetahui adanya komputer yang mengirimkan informasi sensitif (atau misalnya membuka Facebook di kantor) tapi mereka tidak bisa mengetahui secara persis komputer mana yang dipakai.

Mereka akan mengira kegiatan itu berlangsung di komputer yang berbeda dari komputer sebenarnya.

Baca juga: Cara Kerja VPN yang Jadi Penyelamat Netizen Saat Medsos Dibatasi

Walau demikian, banyak orang — termasuk pelanggan VPN — tidak memiliki kemampuan untuk memeriksa ulang apakah mereka sungguh mendapatkan layanan yang semestinya.

Saya tergabung dalam sekelompok peneliti yang punya kemampuan itu, dan pemeriksaan kami terhadap layanan dari 200 perusahaan VPN menemukan bahwa banyak perusahaan mengecoh pelanggan mengenai aspek penting dalam perlindungan pengguna mereka.

Pelanggan dalam kegelapan

Penelitian kami mengungkapkan bahwa amat sulit bagi pelanggan VPN untuk mendapatkan informasi yang jernih. Sebabnya, banyak perusahaan VPN sengaja membayar pihak ketiga untuk membuat ulasan di website atau blog untuk mempromosikan layanan mereka dengan menulis ulasan positif dan memberi peringkat tinggi di survei-survei.

Ulasan berbayar semacam ini sama saja dengan iklan bagi calon pelanggan, ketimbang ulasan jernih dan independen. Dari 26 ulasan website yang kami telaah; ada 24 yang dibayar untuk ulasan positifnya.

Bentuknya kerap berupa website yang membuat daftar ratusan perusahaan VPN. Lebih dari 90 persen perusahaan itu diberi empat (dari lima) bintang atau lebih. Ini tidak ilegal, tapi melencengkan evaluasi yang semestinya independen.

Praktik ini juga membuat persaingan makin sulit bagi perusahaan VPN yang masih baru dan masih kecil, yang mungkin saja punya layanan lebih baik tapi budget promosi mereka lebih rendah.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau