KOMPAS.com - Berada sangat jauh dari Bumi, sekitar 4,67 miliar mil, Pluto menyimpan banyak misteri yang ingin diungkap para ilmuwan.
Ini sebabnya, NASA mengirim wahana antariksa tak berawak bernama New Horizons untuk mengamati pluto dan satelit-satelitnya.
Lewat pengamatan dan data New Horizons, para ilmuwan justru menemukan lebih banyak pertanyaan yang perlu dijawab.
Pengamatan New Horizons pada 2015 mengidentifikasi cekungan es seluas 1.000 kilometer yang dijuluki Sputnik Planitia. Anehnya, di bawah hamparan es dengan ketebalan bervariari nampak adanya lautan luas yang sama sekali tidak beku.
Baca juga: Terungkap, Pluto Terbentuk oleh Miliaran Komet
Pengamatan ini awalnya membuat ahli bingung. Pasalnya, untuk menjaga lautan Pluto berarti harus memiliki mekanisme untuk menciptakan suhu tetap panas agar cairan tidak membeku.
Namun, untuk mempertahankan cangkang es dengan ketebalan bervariasi, cangkang es harus tetap dingin. Jika cangkang es terlalu hangat, maka perbedaan ketebalan pada cangkang es akan hilang.
Setelah perdebatan cukup panjang dan membingungkan, kini ilmuwan Jepang mengklaim bahwa mereka telah menemukan jawaban atas teka-teki tersebut.
Dalam laporan riset yang terbit di jurnal Nature Geoscience, para peneliti menduga bahwa lapisan tipis es mengandung molekul gas yang terperangkap di bagian dasar cangkang dan hal inilah yang menjaga kondisi air tidak membeku.
Oleh penulis studi, lapisan ini digambarkan seperti gas hidrat, molekul gas dalam kisi molekul es air.
Dengan menghitung bagaimana suhu dan ketebalan pada cangkang es Pluto berubah dari waktu ke waktu, tim menyimpulkan bahwa hidrat gas dapat mempertahankan variasi samudera di bawah permukaan es.
"Kami menunjukkan bahwa keberadaan lapisan tipis gas hidrat di dasar cangkang es dapat menjelaskan keberadaan lautan dalam waktu lama dan memelihara perbedaan ketebalan pada cangkang," tulis para ahli dalam studi tersebut seperti dilansir Newsweek, Minggu (20/5/2019).
"Hidrassi pada gas bertindak sebagai isolator termal, mencegah laut dari pembekuan sekaligus menjaga cangkang es tetap dingin dan tidak berubah," imbuh ahli.
Baca juga: NASA Balas Surat Anak 6 Tahun yang Ingin Pluto Jadi Planet Lagi
Para peneliti menduga, gas dalam lapisan hidrat kemungkinan besar adalah metana yang mungkin berasal dari bahan mirip komet yang membentuk Pluto, reaksi kimia di inti bebatuan planet kecil atau kombinasi keduanya.
Hasil ini memiliki implikasi penting bagi pemahaman kita tentang bagaimana dunia lain mempertahankan lautan di bawah permukaan es.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.