KOMPAS.com - Istilah baby blues kerap didengar masyarakat, tapi sindrom apakah itu?
Baby blues merupakan kondisi perubahan psikologis secara mendadak yang dirasakan ibu pasca melahirkan. Ibu merasa sendu, bahagia, sedih, tiba-tiba menangis, cemas, gelisah, kesepian, dan lain sebagainya.
Kondisi ini memang hanya berlangsung sementara, sekitar satu sampai dua minggu setelah melahirkan, namun hal ini tetap harus ditangani dengan serius.
Lantas, bagaimana gejala baby blues dan kenapa hal ini bisa menyerang sebagian kecil ibu baru melahirkan?
Baca juga: Tes Darah Sederhana Dapat Prediksi Risiko Baby Blues
Dr. Ekarini, SpOG dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Jakarta, mengungkapkan ada dua gejala yang bisa menunjukkan seorang ibu mengalami baby blues, yakni bayi tidak dikehendaki dan ibu belum memiliki kesiapan mental untuk mempunyai bayi.
Seperti kita tahu, ibu hamil membutuhkan kesiapan baik secara mental dan fisik.
Jika kebanyakan ibu sangat bahagia ketika mengetahui dirinya hamil, sebagian kecil ada yang merasa kehamilan bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Hal ini bisa karena ibu mengalami perubahan bentuk tubuh, kemudian harus melawan kesakitan saat proses persalinan.
"Nah, bagi beberapa wanita yang tidak siap dengan hal tersebut, dia akan merasa menjadi korban," ujar dokter Eka dihubungi Kompas.com Jumat (3/5/3019).
Eka memberi contoh, ketidaksiapan mental menjadi seorang ibu sangat mungkin dirasakan oleh korban pemerkosaan. Ketika janin di rahimnya makin besar dan mulai menunjukkan kehidupan seperti tendangan, ibu ini sangat mungkin menganggap bayi yang dikandungnya sebagai makhluk asing.
Selain itu, faktor eksternal seperti lingkungan dan keluarga juga bisa menumbuhkan sindrom baby blues. Misalnya, seorang ibu menerima banyak tekanan saat ada di rumah dari keluarga, pekerjaan rumah menggunung yang harus diselesaikan, dan tetap harus mengurus bayi.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh wanita hamil?
Eka menerangkan, ketika seorang wanita sedang hamil, hormon di dalam tubuh naik agar wanita siap menerima bayi.
"Tadinya kita (wanita) hormonnya cuma 1,2,3 dan itu (saat hamil) bisa jauh lebih tinggi. Ini karena pada waktu hamil perut wanita makin besar, ada hormon progesteron (hormon seks wanita yang diproduksi oleh ovarium dan kelenjar adrenal. Pada wanita hamil juga diproduksi plasenta, red) yang membuat rahim kian membesar dan tidak menyebabkan kontraksi," jelasnya.
Eka memaparkan, ketika ada ibu hamil di awal kehamilan mengeluh nyeri di bagian perut bawah, itu sebenarnya tanda dia memiliki sedikit hormon progesteron ketika janin mulai tumbuh dan rahim membesar.
"Mungkin ada yang bertahan sampai melahirkan. Ketika bayi lahir dan ari-ari atau plasenta keluar (plasenta juga menghasilkan hormon progesteron), hormon pada tubuh wanita anjlok, hilang," ungkap Eka.