KOMPAS.com – Pernahkah Anda merasa iri dengan teman yang tampaknya makan jauh lebih banyak daripada Anda, tetapi tetap langsing? Meskipun berat badan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pola makan dan olahraga, genetik tetap berpengaruh.
Studi bahkan menunjukkan bahwa ada gen-gen tertentu yang mungkin dapat dikaitkan dengan berat badan yang berlebih.
Terbaru, para peneliti dari Massachusetts General Hospital dan Broad Institute mengembangkan sebuah sistem skor berdasarkan variasi genetik yang diklaim dapat memperdiksi kemungkinan seseorang menjadi obesitas.
Mereka pun merekomendasikan agar anak-anak diperiksakan skor genetiknya sedini mungkin, meskipun para peneliti juga mengakui bahwa sistem ini hanya bisa memprediksikan kisaran berat badan dan kisarannya sangat lebar.
Baca juga: Anti-Obesitas Hingga Anti-Kanker, Ini Segudang Manfaat Makanan Pedas
Dipublikasikan dalam jurnal Cell, para peneliti mengembangkan skor genetik dengan memeriksa lebih dari dua juta varian gen pada 300.000 orang. Partisipan studi beragam secara usia, mulai dari bayi baru lahir hingga orang dewasa paruh baya.
Para peneliti kemudian menggunakan alogaritma komputer untuk menganalisis dan merumuskan skor risiko obesitas “poligenik” yang dapat memprediksikan Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang. Skor risiko ini kemudian dibandingkan dengan IMT 300.000 partisipan untuk melihat akurasinya.
Hasilnya, 83 persen dari orang dewasa dengan skor risiko tertinggi ditemukan memang kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, 17 persen ditemukan memiliki IMT normal dan 0,2 persen malah di bawah IMT yang seharusnya.
Lebih lanjut, orang dewasa dengan skor risiko tertinggi ditemukan rata-rata lebih berat 13 kilogram dibandingkan orang-orang dengan skor risiko terendah. Mereka juga 25 kali lipat lebih mungkin untuk menjadi obesitas dan mengalami kelebihan berat badan sebanyak 45 kilogram atau lebih.
Baca juga: Obesitas Anak Tidak Tiba-tiba, Gunakan Anjuran 5210 untuk Mencegahnya
Pada anak-anak, mereka yang memiliki skor risiko tertinggi dan terendah sudah mulai menunjukkan perbedaan berat badannya sejak usia tiga tahun. Ketika menginjak usia 18 tahun, mereka yang memiliki skor risiko tertinggi ditemukan lebih berat 12 kilogram dibandingkan dengan mereka dengan skor risiko terendah.
Menanggapi temuan ini, para peneliti merasa bahwa skor genetik dapat membantu orangtua dan pakar kesehatan untuk mencegah obesitas sejak usia kanak-kanak.
Akan tetapi, para peneliti lain yang tidak terlibat dalam studi malah merasa khawatir. Cecile Janssens, seorang epidemiolog dari Emory University, berkata kepada Science, Kamis (18/4/2019) bahwa seseorang yang mendapatkan skor genetik tinggi mungkin akan kehilangan motivasi untuk mengubah gaya hidupnya karena menganggap kondisinya sebagai takdir.
Daripada cuma mengandalkan data genetik, epidemiolog di Icahn School of Medicine, Mount Sinai, New York, Ruth Loos berpendapat skor yang memprediksikan kemungkinan obesitas seseorang juga harus mempertimbangkan faktor lain, seperti riwayat keluarga dan lingkungan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.