Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resmi Sudah, Pesawat Antariksa Jepang Mendarat di Asteroid Ryugu

Kompas.com - 22/02/2019, 19:34 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Pesawat antariksa milik Jepang, Hayabusa-2 telah berhasil mendarat di asteroid Ryugu yang berjarak 300 juta kilometer dari Bumi. Hayabusa-2 mendarat pada asteroid tersebut sekitar pukul 23.30 GMT atau sekitar 06.30 WIB.

Menurut pejabat Badan Antariksa Jepang (JAXA), data dari Hayabusa-2 menunjukkan perubahan kecepatan dan arah. Ini mengindikasikan bahwa pesawat berkuran 5 meter itu telah mencapai permukaan asteroid.

Hayabusa-2 diprogram untuk mengambil sampel material berbatu dari asteroid tersebut untuk dibawa kembali ke Bumi.

Webcast langsung dari ruang kontrol menunjukkan puluhan anggota staf JAXA dengan gugup memonitor data sebelum pendaratan. Sesaat berikutnya, wajah gugup itu berubah menjadi ledakan tepuk tangan setelah menerima sinyal dari Hayabusa-2 bahwa ia telah mendarat.

Baca juga: Begini Penampakan Permukaan Asteroid Ryugu

"Kami berhasil melakukan pendaratan, termasuk menembakkan peluru ke asteroid Ryugu," ungkap Yuichi Tsuda, manajer proyek Hayabusa-2 dikutip dari The Guardian, Jumat (22/02/2019).

"Kami membuat pendaratan yang ideal dalam kondisi terbaik," imbuhnya.

Juru bicara JAXA, Chisato Ikuta mengakatan bahwa pusat kendali menerima data yang menunjukkan alat tersebut bekerja secara normal dan sehat.

Lebih lanjut, Ikuta menyebut para ilmuwan terus mengumpulkan dan menganalisis data dari penyelidikan.

Penyelidikan tersebut terus dipantau setelah Hayabusa-2 menembakkan peluru ke asteroid Ryugu. Fungsi penembakan tersebut adalah mengaduk materi permukaan yang akan dikumpulkan untuk analisis kembali ke Bumi.

Sebagai informasi, asteroid Ryugu diperkirakan mengandung sejumlah besar bahan organik dan air dari sekitar 4,6 miliar tahun lalu ketika tata surya lahir.

Asteroid ini merupakan peninggalan yang tersisa dari hari-hari awal tata surya kita. Ryugu juga merupakan jenis batuan ruang angkasa yang dikenal sebagai asteroid dekat Bumi (NEA).

"Kami pikir memahami bagaimana asteroid kaya karbon bermigrasi dari sabuk asteroid menjadi asteroid dekat Bumi, tetapi sampel dari Ryugu akan memungkinkan sejarahnya dieksplorasi," kata Profesor Alan Fitzsimmons dari Queen's University Belfast dilansir dari BBC, Jumat (22/02/2019).

"Setelah Setelah misi Rosetta, sekarang jelas bahwa sebagian besar air Bumi tidak berasal dari komet di masa-masa awal Tata Surya. Kami percaya asteroid yang kaya karbon (tipe-C) mungkin memiliki sejumlah besar air yang terkunci di bebatuan mereka. Mungkin saja asteroid semacam itu telah membawa ke bumi baik air maupun bahan organik yang diperlukan agar kehidupan dimulai," sambungnya.

Baca juga: Demi Menambang di Luar Angkasa, Ilmuwan Akan Bikin Stasiun di Asteroid

Profesor Fitzsimmons menyebut bahwa sampel yang diambil oleh Hayabusa-2 akan menjadi hal penting dalam penyelidikan ini.

Melansir dari Mirror, Jumat (22/02/2019), rencananya Hayabusa-2 akan kembali ke Bumi pada 2020. Hayabusa-2 sendiri mengikuti misi Hayabusa pertama Jepang yang membawa kembali sampel dari asteroid pada 2010.

Hayabusa-2 sebenarnya telah mencapai asteroid Ryugu pada Juni 2018 lalu setelah perjalanan selama tiga setengah tahun perjalanan dari Bumi.

Pesawat antariksa itu direncanakan mendarat pada asteroid Ryugu pada Oktober 2018. Namun, JAXA menunda hal tersebut setelah kamera mengungkapkan bahwa permukaan Ryugu jauh lebih berbatu dibanding perkiraan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau