KOMPAS.com – Wabah demam berdarah dengue (DBD) kian meluas di DKI Jakarta. Seperti dilaporkan oleh Kompas.com, jumlah kejadian DBD naik hingga enam kali lipat hanya dalam sepekan terakhir.
Beriringan dengan kejadian ini, bebagi informasi untuk mencegah DBD pun semakin tersebar di masyarakat. Salah satunya adalah cara yang diklaim bisa memberantas nyamuk DBD tanpa fogging maupun obat nyamuk lainnya.
Dalam pesan yang beredar tersebut, masyarakat disarankan untuk meletakkan ember atau kaleng bekas berisi air di tempat-tempat gelap yang disukai nyamuk. Lima atau enam hari kemudian, air yang penuh jentik disaring, dan jentiknya dibuang ke tempat yang kering atau diberikan sebagai makanan ke ikan.
Menurut pesan tersebut, jumlah jentik nyamuk di ember akan terus berkurang setelah minggu ketiga atau keempat karena populasi nyamuk di rumah pun berkurang. Namun, benarkah demikian?
Baca juga: Punya Gejala Mirip, Ini Perbedaan DBD dan 5 Penyakit Lain
Dr Syahribulan, M.Si., peneliti nyamuk dari Departemen Biologi Universitas Hasanuddin, menyangsikan cara tersebut dapat mengeradikasi nyamuk, khususnya Aedes Aegypti yang membawa virus Dengue. Malah, jumlah nyamuk bisa bertambah karenanya.
Dia mengatakan, untuk mengeradikasi jentik nyamuk, seharusnya kita tidak membuat tempat-tempat penampungan air. Karena kalau ada (tempat penampungan air), nyamuk pasti datang.
“Seharusnya yang kita lakukan adalah menghilangkan tempat-tempat air yang bisa menjadi tempat (nyamuk) berkembang biak,” ujarnya via telepon kepada Kompas.com, Selasa (29/1/2019).
Menurut dia, cara yang dipaparkan dalam pesan tersebut bukan untuk mengeradikasi nyamuk, tetapi untuk mendeteksi keberadaan nyamuk Aedes aegypti.
Sebab pada dasarnya, nyamuk akan mencari wadah air, bahkan sekecil penampung pada dispenser air, untuk berkembang biak. Jentik yang terkumpul kemudian bisa dibawa ke laboratorium untuk diuji apakah benar Aedes aegypti.
Baca juga: Studi Awal: Anak-anak yang Pernah Terinfeksi DBD Terlindung dari Zika
Lalu, patut diingat bahwa sekalinya nyamuk Aedes aegypti masuk ke dalam rumah, ia tidak akan mau pindah bila ada tempat untuk berkembang biak. Sebaliknya bila wadah air yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakannya dihilangkan, nyamuk akan pergi dengan sendirinya.
“Jadi, efektifnya adalah kita meminimalisasi tempat-tempat telur nyamuk menetas, misalnya aqua gelas dan bak mandi,” kata Syahribulan.
3M yang Jitu dan 1M lagi
Daripada menggunakan cara yang disebarkan tersebut, Syahribulan berkata bahwa sebetulnya gerakan 3M jauh lebih efektif untuk mencegah penularan DBD, bila kita mengerti sifat nyamuk.
Slogan 3M sendiri mengajak masyarakat untuk menutup, menguras, dan mengubur objek-objek yang mendukung siklus hidup nyamuk; seperti kaleng-kaleng bekas, gelas, akuarium, vas bunga, dan wadah-wadah lainnya yang bisa menampung air.
Syahribulan menjelaskan bahwa nyamuk sebetulnya tidak meletakkan seluruh telurnya sekaligus, melainkan satu per satu. Oleh karena itu, nyamuk bisa meletakkan telurnya di berbagai tempat, dari yang sangat kecil, seperti penampung air pada dispenser, hingga yang seluas dan sedalam sumur.
Dibuktikan Syahribulan dan kolega dalam penelitian pada tahun 2010, nyamuk bisa turun dan bertelur di dalam sumur masyarakat. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk menutup sumur dan kolam dengan kain kasa.
Selain itu, dia juga menyarankan untuk tidak hanya menguras air, tetapi menyikat wadahnya sekalipun jentik sudah tidak terlihat. Pasalnya, telur nyamuk sangat kecil dan lengket. Walaupun telah dikuras, bisa jadi telur nyamuk masih melekat pada wadah dan menetas kembali bila bertemu dengan air.