KOMPAS.com — Bila membaca artikel ini, kemungkinan besar Anda pernah diminta untuk melakukan foto panoramik oleh dokter gigi yang menangani. Anda mungkin juga bertanya-tanya apa alasan dokter meminta foto panoramik tersebut.
Hal ini dijawab Dr drg Menik Priaminiarti, SpRKG (K), seorang Dokter Gigi Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi Konsultan dari RS Pondok Indah-Pondok Indah.
Dalam paparannya pada Rabu (16/1/2019) di Jakarta, Menik mengatakan bahwa sebagian besar kelainan di bidang kedokteran gigi memang membutuhkan pemeriksaan radiografis terlebih dahulu.
Pasalnya, hasil foto rontgen dapat memperlihatkan seluruh struktur tulang rahang dan gigi, termasuk bagian-bagian yang tidak terlihat melalui pemeriksaan langsung seperti gigi yang tidak dapat tumbuh.
Baca juga: Jangan Remehkan Plak Gigi, Dampaknya Bisa ke Mana-mana
Dengan demikian, dokter dapat menegakkan diagnosisnya dan membuat rencana perawatan yang akurat bagi pasien. Usai perawatan pun, dokter bisa meminta Anda melakukan pemeriksaan radiografis kembali untuk menilai kemajuan dan hasil perawatan, serta memeriksa pertumbuhan dan perkembangan kondisi gigi dan rahang selama perawatan.
Macam-macam teknik radiografi
Nah, salah satu teknik radiografi yang paling sering dilakukan adalah teknik pembuatan radiograf panoramik. Hasil foto panoramik dapat memberikan gambaran lengkap tentang rahang atas dan bawah sekaligus, serta berbagai struktur anatomis yang berdekatan.
Teknik ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi gigi geligi yang tidak tumbuh atau impaksi, seperti banyak kasus gigi bungsu; dan mengetahui ada tidaknya anomali jumlah gigi, baik kurang atau pun berlebih.
Selain panoramik, teknik lain yang sering digunakan adalah sefalometri lateral. Seperti yang dapat dilihat pada foto di atas, teknik ini mengambil foto X-ray atau sinar-X pada bagian samping kepala secara keseluruhan.
Baca juga: Mengapa Gigi Bisa Menguning?
Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya kelainan tumbuh kembang gigi dan rahang, menilai hubungan gigi dengan rahang, serta menilai hubungan antara rahang atas dan bawah, serta rahang terhadap tulang tengkorak.
Namun, kini sudah ada teknik radiografi yang lebih baru dan akurat, yakni teknik radiografi tiga dimensi menggunakan cone beam computed tomography (CBCT).
Teknik ini, dijelaskan Menik, adalah pengembangan dari CT Scan yang dikhususkan untuk kepala dan leher. Hasil radiografi CT Scan dapat menunjukkan kondisi rahang dan gigi dari berbagai sisi, termasuk potongan melintangnya.
CBCT ini dilakukan untuk mendiagnosis kasus kompleks yang tidak terlihat bila menggunakan radiograf dua dimensi, misalnya penentuan lokasi gigi yang tidak tumbuh, diagnosis anomali gigi dan rahang, serta evaluasi kasus cleft atau celah langit-langit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.