KOMPAS.com - Beberapa waktu belakangan, berbagai media dipenuhi dengan berita mengenai surat suara. Salah satu yang belakang mencuat adalah hoaks surat suara tercoblos.
Di tahun politik seperti saat ini, berita mengenai berbagai atribut pemilihan suara memang menjadi menu utama pemberitaan. Tak terkecuali masalah kertas suara.
Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia. Itu karena pemilu di seluruh dunia masih banyak mengandalkan kertas suara meski beberapa negara sedang mencoba menggantinya dengan pemungutan suata elektronik.
Di luar perkembangannya ke depan, ternyata surat suara punya sejarah yang panjang. Hal ini dimulai sejak zaman Yunani kuno.
Baca juga: Dalam Politik, Kenapa Banyak Orang Sulit Mengubah Pendapat?
Pada masa tersebut, masyarakat menggunakan potongan tembikar sebagai surat suara. Merka menuliskan nama kandidat pilihannya pada potongan tembikar itu.
Surat suara yang benar-benar terbuat dari kertas pertama kali digunakan pada tahun 139 Sebelum Masehi (SM) di Roma. Surat suara ini mulai dikenal setelah pemberlakuan lex Gabinia tabellaria, salah satu undang-undang mengenai pemungutan suara rahasia pada masa itu.
Sebelum surat suara ini dikenal, pemilih memberikan suaranya kepada penyampai. Dengan kata lain, saat itu pemungutan suara bersifat publik.
Meski telah digunakan sejak sebelum masehi, tapi sejarah surat suara terputus.
Baru pada tahun 920 masehi, masyarakat India kuno di Tamil Nadu menggunakan dauh palem sebagai surat suara dalam pemilihan majelis desa.
Caranya, nama kandidat ditulis pada daun palem kemudian dimasukkan dalam pot lumpur untuk dihitung. Cara ini disebut dengan sistem kudavolai.
Surat suara dari kertas kemudian muncul kembali pada tahun 1629 di Amerika. Surat suara modern saat itu digunakan untuk memilih seorang pendeta Gereja Salem.
Surat suara saat itu berupa potongan kertas yang ditandai dan disediakan oleh pemilih.
Namun, surat suara pada masa tersebut belum berisi nama semua kandidat seperti sekarang.
Surat suara kertas pertama kali digunakan di negara bagian Victoria, Australia tahun 1857. Surat suara ini berisi daftar semua kandidat dan akhirnya disebut dengan "surat suara Australia".
1889, New York adalah negara bagian AS pertama yang mengadopsi jenis surat suara tersebut. Secara bertahap, surat suara ini kemudian diganti dengan "tiket" yang dicetak oleh partai untuk menunjukkan kandidatnya.
Baca juga: Produksi Surat Suara Pemilu Diperkirakan Mundur
Selanjutnya, surat suara makin berkembang dan diadopsi di hampir semua negara.
"(Surat suara dan kotak suara) mudah digunakan dan mengamankan kerahasiaan, mencegah intimidasi, penyuapan dan korupsi, setidaknya secara teori," tulis Malcolm Crook dari Keele University dan Tom Crook dari Universitas Oxford Brookes, dalam studi mereka yang diterbitkan dalam jurnal Historical Research.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.