Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Lalat Tentara Hitam, Serangga Bersih Kaya Manfaat

Kompas.com - 29/12/2018, 18:02 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com – Ketika kita mendengar kata lalat, yang terpintas dalam kepala kita adalah serangga kecil yang membawa banyak penyakit.

Namun, hal ini tidak berlaku untuk lalat tentara hitam (Hermetia illucens). Serangga ini seakan menjadi lawan dari lalat hijau yang membawa banyak penyakit.

Lalat yang hanya hidup di wilayah tropis ini dikenal sebagai serangga yang bersih tidak seperti lalat lainnya.

"Secara teknis ia tidak akan hinggap di tempat kotor seperti sampah. Kalau lalat lain ia hinggap tepat di sampah dan menempatkan telur di sana juga," ujar Aminudi CEO dari Biomagg Indonesia.

"Kalau ia hanya hinggap di sekitar sampah untuk meletakkan telurnya tapi tempatnya tetap harus bersih yang bersih dan kering. Nanti setelah menetas ia akan makanan sampah di sekitarnya,"  imbuh Aminudi.

Baca juga: Tidak Selalu Buruk, Lalat Bisa Jadi Solusi Pengolahan Sampah

Secara morfologi tubuh pun lalat ini berbeda dengan lalat lainnya. Pasalnya, lalat tentara hitam diketahui tidak memiliki mulut.

Artinya, selama fase hidupnya sebagai lalat, serangga ini tidak makan. Ia hanya mengecap saja.

Ini berbeda dengan lalat yang lain yang memiliki mulut untuk memakan sampah. Kebiasaan makan sampah inilah yang menyebabkan kebanyakan lalat menjadi sumber penyakit.

Selain dari perilakunya, desain morfologi tubuh juga membuat lalat ini memang terkenal akan serangga yang bersih.

Selama para peneliti mengamati serangga ini, mereka menemukan bahwa larva atau maggotnya bisa mengurangi bakteri jahat yang ada di sampah, di antaranya salmonella dan E. coli penyebab diare.

Aminudi turut menjelaskan, fase dari maggot atau belatung untuk menjadi lalat tentara hitam dewasa berbeda dengan lalat kebanyakan.

Jika larva lalat lainnya hanya membutuhkan waktu seminggu untuk menjadi dewasa, pada lalat tentara hitam, maggot membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menjadi dewasa.

Perbedaan fase tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengolahan sampah organik karena dengan masa maggotnya yang lama, maka pada fase tersebut mereka akan mengonsumsi sampah lebih banyak daripada larva lainnya.

Maggot yang mengonsumsi sampah organik nantinya dapat digunkan sebagai pakan hewan ternakan seperti lele, ayam, dan bebek.

Baca juga: Peneliti Israel Terobsesi dengan Orgasme Lalat Buah, Ini Alasannya

"Jadi ia potensi untuk memakan sampah jauh lebih banyak, di sisi lain tidak memiliki mulut untuk makan," ujar Aminudi yang pernah berkuliah di Departemen Proteksi Tanaman, IPB itu.

"Jadi lalat ini menghabiskan masa maggotnya untuk mengumpulkan energi protein dan lemak di dalam tubuhnya untuk berinkubasi menjadi lalat dengan energi yang dia makan selama satu bulan,”  imbuhnya.

Aminudi, yang ditemui pada Kamis (27/12/2018), di Depok, menyatakan masih banyak manfaat lain yang konon dapat ditemukan dalam lalat ini.

"Ini menjadi tantangan kami di Biomagg. Kami mendapatkan informasi bahwa maggot ini bisa digunakan untuk terapi diabetes," katanya.

"Jadi ia akan memakan bakteri jahat yang ada di luka penderita diabetes untuk dimakan dan maggotnya akan merangsang sel baru untuk tumbuh. Infonya di Malaysia sudah ada, dr. Maggot namanya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau