Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca Tsunami Selat Sunda, Begini Rencana Pemerintah Terkait Mitigasi

Kompas.com - 24/12/2018, 20:18 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Sabtu (22/12/2018) gelombang tsunami menerjang wilayah Selat Sunda yang meliputi Banten dan Lampung.

Uniknya, tsunami tersebut tidak disebabkan oleh gempa tektonik seperti yang biasanya terjadi melainkan melalui gempa vulkanik yang disebabkan oleh Gunung Anak Krakatau. Dampak tsunami tersebut setidaknya menelan sekitar 281 korban jiwa.

Untuk mengatasi hal tersebut, kerja sama antar-lembaga meliputi BMKG, Badan Informasi Geospasial (BIG), BPPT, dan Kemenkomaritim berencana untuk melakukan mitigasi bencana dengan memanfaatkan tiga pulau yang mengelilingi anak gunung Krakatau.

Tiga pulau tersebut meliputi Pulau Krakatoa, Pulau Krakatau Kecil, dan Pulau Sertung.

Dituturkan Dwikorita Karnawati, kepala BMKG, bahwa akan memasang tidegauge di tiga pulau tersebut untuk mengantisipasi gelombang tsunami susulan yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Baca juga: Tapak Tilas Tsunami Selat Sunda Ungkap 3 Sebab Utamanya

Cara tersebut dikatakan Dwikorita akan lebih efektif untuk mengetahui kemungkinan tsunami lebih dini.

"Misalnya kemarin air mulai naik akibat tremor vulkanik pukul 21.03 WIB, seandainya di situ sudah terpasang tidegauge itu datanya bisa dikirim ke BIG dan kita juga bisa memantau dan itu masih tersisa waktu 20-24 menit," ungkap Dwikorita dalam konferensi pers pada Senin (24/12/2018) di kantor pusat BMKG.

"Dengan analisis kami yang cukup cepat hanya 3 hingga 5 menit, waktu tersebut cukup jika dimanfaatkan untuk melakukan evakuasi warga," sambungnya.

Tidegauge merupakan alat untuk mengetahui pasang surut air laut. Dengan jarak pemasangan yang dekat dengan Krakatau, maka gelombang air laut yang naik pun akan lebih mudah terpantau.

Selain itu, alat ini juga dikatakan Dwikorita akan bermanfaat untuk memverifikasi apakah tsunami benar terjadi di wilayah Gunung Anak Krakatau atau tidak.

Selain itu, Kemenkomaritim juga akan bekerjasama dengan BPPT untuk melakukan pemasangan sensor bawah laut sebagai pengganti buoy.

Hal ini dirasa penting karena buoy yang biasanya digunakan untuk mendeteksi gelombang, seringkali dirusak oleh masyarakat sekitar.

"Rencananya pemasangan sensor bawah laut ini akan dipasang di tiga pulau yang tadi sudah dijelaskan bersamaan dengan tidegauge yang ada," ungkap Ridwan Djamaluddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenkomaritim yang ditemui pada kesempatan yang sama.

"Jadi dengan memanfaatkan tiga pulau tersebut ini bisa jadi buoy alami yang kita punya untuk mencegah tsunami lain dari anak gunung Krakatau," imbuhnya. 

Baca juga: Tsunami Selat Sunda Bisa Terjadi Lagi, tapi Kematian Karenanya Bisa Dihindari

Pemilihan tiga pulau tersebut pun dinilai strategis mengingat tiga pulau itu merupakan pulau nihil penghuni.

Dwikorita menegaskan, pemasangan alat tersebut sangat penting mengingat kemungkinan tsunami lain bisa saja terjadi di wilayah sekitar. Hal ini pun didukung dengan aktivitas anak gunung Krakatau yang sedang aktif-aktifnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau