Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Buktikan, Produk Organik Jauh Lebih Merugikan Bumi

Kompas.com - 17/12/2018, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com — Jika Anda memutuskan memilih bahan organik dengan alasan membantu merawat Bumi, studi terbaru justru mengungkap apa yang Anda lakukan sebenarnya jauh lebih berbahaya.

Peneliti Internasional dari Chalmers University of Technology melihat dampak produksi makanan organik dan konvensional terhadap iklim.

Mereka menemukan bahwa tanaman organik menghasilkan panen yang lebih sedikit, terutama karena pupuk kimia tidak digunakan untuk meningkatkan hasil panen itu sendiri.

Artinya, kalau produsen tanaman organik ingin menghasilkan panen yang sama dengan produsen konvensional, mereka memerlukan lahan lebih banyak.

Baca juga: Telur Organik Memang Lebih Baik, tetapi Masaknya Harus Benar

Perbandingan lahan yang diperlukan untuk memanen tanaman organik dan konvensional dalam jumlah yang sama. Perbandingan lahan yang diperlukan untuk memanen tanaman organik dan konvensional dalam jumlah yang sama.

Selain itu, studi ini juga menyimpulkan bahwa makanan organik memiliki dampak lebih besar terhadap iklim dibanding makanan konvensional. Ini karena emisi karbon dioksida tambahan dari proses deforestasi akibat produksi organik yang kurang efisien.

"Penggunaan lahan yang lebih besar untuk produksi organik secara tidak langsung mengarah pada emisi karbon dioksida yang tinggi akibat deforestasi," ujar Stefan Wirsenius dilansir IFL Science, Jumat (14/12/2018).

"Produksi pangan dunia diatur oleh perdagangan internasional. Jadi apa yang kita tanam di Swedia memengaruhi deforestasi daerah tropis. Jika kita menggunakan lebih banyak lahan untuk jumlah panen yang sama, kita berkontribusi secara tidak langsung terhadap deforestasi di tempat lain di dunia," imbuh dia.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature menemukan bahwa kacang polong organik yang dibudidayakan di Swedia memiliki dampak 50 persen lebih besar terhadap iklim dibanding kacang polong yang ditanam dengan metode konvensional.

Untuk bahan makanan lainnya, ada perbedaan yang jauh lebih besar. Misalnya gandum Swedia dampaknya mendekati 70 persen.

Para peneliti mengevaluasi efek penggunaan lahan yang lebih besar pada emisi karbon dioksida, yang mereka sebut "Biaya Peluang Karbon".

Mereka memperhitungkan berapa banyak karbon yang tersimpan di hutan yang akan dilepaskan sebagai akibat dari deforestasi, yang mereka katakan belum dipertimbangkan sebelumnya ketika menilai dampak makanan organik pada lingkungan.

Baca juga: Benarkah Makanan Organik Paling Sehat? Inilah Empat Mitosnya

"Ini adalah pengawasan besar, karena seperti yang diperlihatkan studi kami, efek ini bisa berkali-kali lebih besar daripada efek gas rumah kaca," ujar penulis.

Tim juga menambahkan, dampak ini juga berlaku untuk produksi daging organik, seperti sapi perah organik yang diberi makan biji-bijian organik.

Pertanian organik mungkin lebih baik dalam beberapa hal. Namun, ketika menyangkut dampak iklim, penelitian ini menunjukkan bahwa makanan organik adalah alternatif yang jauh lebih buruk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau