KOMPAS.com – Secara global, ada 300.373 insiden kanker mulut setiap tahunnya. Sebelas persen dari angka tersebut terjadi di Asia Tenggara, di mana Indonesia menjadi salah satu negaranya.
Kanker mulut sering diabaikan karena gejalanya yang tidak signifikan dan jarang terjadi. Meski demikian, 50 persen dari penderita kanker mulut mengalami kematian kurang dari tiga tahun yang artinya kanker mulut patut mendapat perhatian lebih.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker mulut antara lain merokok, konsumsi alkohol, virus, dan pola makan yang buruk.
Pada dasarnya, kanker mulut dapat kita lakukan deteksi dini dengan mengenali tanda-tanda yang cukup sederhana. Drg. Rahmi Amtha, MDS. Sp.PM, PhD, Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia, menerangkan pentingnya Periksa Mulut Sendiri (SAMURI) untuk menghindari kemungkinan terkena kanker mulut.
Baca juga: Waspadai Sariawan yang Lama Sembuh, Bisa Jadi Tanda Kanker Mulut
Rahmi mengatakan, biasanya kanker mulut diawali oleh lesi prakanker yang ditandai dengan perubahan warna pada rongga mulut. Perubahan warna inilah yang bisa kita pantau untuk mengetahui adakah keganjilan pada rongga mulut kita.
“Tekstur atau tampilan mukosa mulut yang normal itu berwarna merah muda dan kenyal. Jika terjadi perubahan warna menjadi putih, merah atau kombinasi keduanya, hal ini dapat menjadi petunjuk adanya lesi yang memerlukan perhatian,” ujar Rahmi yang ditemui dalam kesempatan diskusi kanker mulut pada Kamis (13/12/2018) di Jakarta.
Hal ini jarang disadari oleh penderita karena selain tidak memperhatikan perubahan warna dan tekstur rongga mulut, penderita juga tidak merasakan sakit, sehingga gejala awal ini diabaikan.
Selain itu, kita perlu memperhatikan juga jika mengalami sariawan. Pasalnya, sariawan yang tidak kunjung sembuh selama satu bulan dan tidak terasa sakit memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Sederhana namun penting, pendeteksian kondisi rongga mulut, melalui SAMURI, sendiri menjadi kewajiban yang harus dilakukan untuk terhindar dari kanker mulut. Rahmi menjelaskan, ada sembilan titik yang patut dikontrol rutin oleh masing-masing individu.
Sembilan titik tersebut meliputi bagian dalam bibir atas dan bawah, dinding pipi bagian dalam kanan dan kirinya, atap mulut, seluruh permukaan lidah, bagian bawah lidah bagian tengah, kanan, dan kirinya.
Rahmi yakin, dengan meningkatkan perhatian kita pada bagian rongga mulut, kemungkinan timbulnya kanker mulut akan menjadi sangat kecil.
“Apabila lesi prakanker dapat ditemukan dan kemunduran selnya belum terlalu jauh, serta respon pengobatan masih baik, maka angka bertahan hidup pasien dapat meningkat lebih dari 80 persen atau di atas 5 tahun. Dengan demikian, angka kematian dapat diturunkan,” ujar Rahmi.
Baca juga: Merokok, Faktor Risiko Terbesar Kanker Mulut
Di sisi lain, meskipun deteksi awal kanker mulut sangat penting dilakukan oleh masing-masing individu, tetapi masih sedikit dokter gigi yang menerapkannya.
Oleh karena itu, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K). MM, menghimbau kepada semua dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan rongga mulut secara komperhensif, baik jaringan lunak maupun jaringan keras gigi
“Diagnosis yang tepat harus jadi prioritas tujuan kesehatan masyarakat. Di sinilah dokter gigi memegang peran penting. Dokter gigi bukan hanya memeriksa masalah pada gigi, namun penting untuk melakukan deteksi awal kanker mulut,” tegasnya saat ditemui pada kesempatan yang sama.
Seno turut menambahkan, untuk menjaga kebersihan mulut, bukan hanya sekadar menyikat gigi secara baik dan benar, tetapi pada kasus tertentu diperlukan antiseptik, misalnya yang mengandung chlorhexidine.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.