Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Awal, Ada Bakteri Hidup di Otak Kita

Kompas.com - 15/11/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi bahwa dalam usus manusia terdapat mikroba yang hidup. Uniknya, mikroba ini mempengaruhi kesehatan, gen, hingga emosi manusia.

Tapi, pernahkah Anda membayangkan ada mikroba yang hidup di otak kita?

Sebuah temuan baru menunjukkan adanya "mikobiome otak manusia" yang bersarang di kepala kita. Temuan ini masih pada tahap awal.

Meseki begitu, para peneliti dari University of Alabama telah mempresentasikannya dalam pertemuan tahunan Society for Neuroscience 2018 di Birmingham.

Presentasi ini diharapkan bisa memicu penelitian-penelitian lain selanjutnya.

Temuan tersebut didapatkan oleh ahli neuroanatomi Rosalinda Roberts bersama timnya. Roberts menguji 34 sampel otak dari orang yang telah meninggal.

Separuh dari sampel tersebut berasal dari penderita skozofrenia. Dan sebagai kelompok kontrol, separuh lainnya berasal dari orang yang sehat.

"Kami melakukan sejumlah analisis untuk mengidentifikasi dan kuantifikasi," tulis para peneliti dalam abstrak mereka dikutip dari Science Alert, Selasa (13/11/2018).

"Semua sampel mengandung bakteri dalam jumlah beragam. Bakteri-bakteri tersebut berbentuk seperti batang yang mengandung kapsul, nukleoid, ribosom, dan vacuoles," sambung mereka.

Baca juga: Sering Dianggap Buruk, Bakteri Sebetulnya Juga Dibutuhkan oleh Tubuh

Para peneliti juga menyebut, kepadatan mikroba tersebut bervariasi dari tempat ditemukannya bakteri. Bakteri paling padat ditemukan di begian otak nigra, hippocampus, korteks prefrontal.

Mikroba tersebut juga ditemukan di bagian otak yang disebut astrocytes. Bagian otak ini memainkan peran penting terkait komunikasi neuron.

Sejauh ini, para ilmuwan masih berusaha menyingkap misteri bagaimana mikroba di usus bisa mempengaruhi fungsi otak dan perilaku manusia.

Kini, dengan temuan awal bahwa ada populasi mikroba di otak manusia maka mungkin menjadi temuan penting bagi masa depan.

"Ini adalah temuan penting minggu ini," kata Ronald McGregor, ahli saraf yang tidak terlibat penelitian tersebut.

"Ini seperti sebuah 'pabrik' molekulear baru di otak yang punya kebutuhan tersendiri. Ini sangat luar biasa," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com