KOMPAS.com - Adanya "sarang" buaya di kolong jembatan yang menghubungkan Jalan Gunung Sahari dan Mal Mangga Dua Square membuat peneliti bingung.
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta menyebut sarang itu dihuni tiga ekor buaya yang terdiri dari dua jenis, buaya muara dan buaya senyulong.
Bagi ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) buaya yang hidup di Jawa hanyalah buaya muara (Crocodylus porosus) yang dapat hidup di air tawar maupun laut.
"Kalau di Jawa hanya ada satu jenis, buaya muara," kata Peneliti Herpetologi LIPI Helen Kurniati dihubungi Kompas.com, Rabu (10/10/2018).
Buaya muara yang punya tubuh paling besar di antara buaya yang lain itu juga tidak hanya tinggal di Jawa. Wilayah persebarannya sangat luas dibanding yang lain, yakni seluruh kawasan Indonesia dan luar Indonesia baik air tawar ataupun air laut.
Selain tubuh yang lebih panjang dan besar, buaya muara juga punya ciri khas lain yakni tidak memiliki sisik menonjol di atas kepalanya. Di bagian atas kepala hingga leher, sisiknya kecil-kecil.
Nah, adanya kabar buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) ditemukan di Kali Ana Ciliwung membuat para herpetolog (ahli reptil) heran. Pasalnya, buaya dengan moncong runcingnya itu tidak memiliki habitat di Jawa.
Baca juga: Memburu Buaya di Kali Anak Ciliwung...
"Habitatnya (buaya senyulong) itu ada di rawa gambut hitam, rawa gambut yang airnya asam. (Buaya senyulong) hidup di daerah Danau Sentarum, Kalimantan (Kalbar), di beberapa wilayah Jambi juga ada. Tapi dia enggak ada di Jawa, apalagi di Ciliwung," kata herpetolog Amir Hamidy dari LIPI dihubungi Kompas.com, Kamis (11/10/2018).
Amir curiga, jika buaya senyulong benar ada di kali Ciliwung kemungkinan besar buaya itu dilepas orang.
"Saya curiga mereka itu ilegal. Itu kan hewan dilindungi masuk ke Jakarta, begitu tahu itu dilindungi, takut, dilepaslah ke sungai. coba dicek dulu. Tapi kalau sampai di Ciliwung, kemungkinan besar dilepasin orang," katanya.
Untuk panjang, buaya senyulong lebih kecil dari buaya muara. Buaya senyulong dewasa panjangnya bisa mencapai 4-5 meter, sementara buaya muara panjangnya bisa mencapai 6 meter.
"Untuk sampai ke ukuran ini butuh waktu lama, 30 sampai 40 tahun," tutupnya.
Sejumlah petugas UPK Badan Air Kecamatan Pademangan sebelumnya menemukan buaya di Kali Anak Ciliwung saat sedang menyisir kali untuk membersihkan sampah.
Upaya pencarian buaya masih dilakukan sejak Selasa pagi dengan melibatkan petugas BKSDA dan polisi hutan.
Baca juga: Konflik Buaya-Manusia di Sorong, Ahli Sebut Peringatan Keselamatan Penangkaran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.