Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/09/2018, 19:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Sumber


KOMPAS.com - Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang umum, dapat menyebabkan periode kesedihan yang berkepanjangan dan memicu pikiran bunuh diri.

Di lain sisi, stres juga masalah yang umum dan serius, tapi ia sering diremehkan dan dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Untuk diketahui, depresi dan stres adalah hal yang berbeda. Keduanya memiliki gejala yang berbeda, baik ketika dirasakan oleh diri sendiri, teman, anggota keluarga, dan rekan kerja.

Baca juga: Dibanding Sebelumnya, Orang di Seluruh Dunia Lebih Sedih dan Tertekan

Psikiater dr. Dimitrios Paschos mengatakan, depresi merupakan kondisi klinis yang memiliki beberapa gejala yang jelas.

"Ini merupakan penyakit umum yang cukup banyak menyerang populasi dunia. Sama seperti gangguan kardiovaskular, depresi dikategorikan sebagai sebuah penyakit," ujarnya.

Berbeda dengan depresi yang diklasifikasikan sebagai penyakit, stres disebut hadir dalam jutaan bentuk dan memiliki arti berbeda bagi setiap orang. Apakah itu stres karena masalah keluarga, tekanan pekerjaan dan keuangan, juga kesepian.

Sesuatu yang dianggap seseorang sebagai tugas sehari-hari dan dapat diselesaikan dengan mudah, bisa menjadi sumber stres bagi yang lainnya. Jadi, menurut Paschos, stres lebih sulit untuk didefinisikan.

"Stres bukan istilah yang kami rujuk dalam pengertian medis. Meski begitu, kami memiliki banyak cara untuk mengukur kecemasan. Banyak orang mengatakan ‘stres’ padahal sebenarnya mereka berbicara tentang kecemasan," jelasnya.

Kecemasan, dalam konteks klinis, berarti dua hal. Yang pertama, respons dari tubuh – misalnya ketika Anda merasa tegang, jantung berdebar lebih cepat, sulit menjaga keseimbangan, dan berkeringat ketika sesuatu yang buruk akan terjadi.

Selain itu, ada komponen berpikir. Biasanya orang-orang akan terus khawatir atau merenung. Dengan ini, stres bisa dikaitkan dengan masalah kecemasan.

Dalam kalimat yang lebih ringkas, ahli farmasi, Kevin Leivers, memaparkan perbedaannya. "Depresi adalah kesedihan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang dan membutuhkan perawatan. Sementara stres terbentuk dari tekanan emosional dan mental," jelas Kevin.

Meskipun mampu meningkatkan risiko, namun stres tidak didefinisikan sebagai penyakit mental.

Dr. Jane Devenish, ahli farmasi dari NHS Standards and Services, mengakui bahwa gejala kedua kondisi ini terkadang saling tumpang tindih. Ia pun menjelaskan perbedaannya.

"Secara signifikan, depresi berbeda dari stres. Saat mengidap depresi, mood Anda selalu buruk dan itu memengaruhi kehidupan sehari-hari. Sementara, stres hanyalah salah satu pemicunya,” kata Devenish.

Sama seperti stres, depresi juga bisa menimbulkan gejala sakit fisik. Selain itu, gejala emosionalnya mengganggu konsentrasi dan cara Anda memandang diri sendiri.

Saat orang mengalami depresi, umumnya ia akan merasa putus asa, terisolasi, tidak merasa terhubung dengan orang lain, dan tak lagi menikmati kehidupannya. Jika tidak segera ditangani, depresi akan membuat seseorang ingin bunuh diri.

Baca juga: Sering Jadi Pemicu Bunuh Diri, Kenali Gejala Depresi Berikut

Orang-orang yang mengidap depresi, membutuhkan bantuan dari ahli. Bisa berupa obat-obatan atau terapi.

Jika Anda melihat teman atau keluarga yang menunjukkan tanda-tanda depresi seperti menarik diri dari lingkaran sosial, mengabaikan hal-hal yang biasanya disukai, dan selalu putus asa, jangan hakimi mereka.

"Jika kenalan Anda mengalami gejala deprese, hal terbaik yang harus dilakukan adalah memastikan mereka tahu bahwa Anda peduli dan dapat bercerita kapan saja," pungkas Devenish.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau