KOMPAS.com - Dini hari nanti, Sabtu (28/07/2018), kita akan menyaksikan gerhana bulan total. Saat itu, kita (yang berada di Bumi) akan menyaksikan Bulan tertutup bayangan planet kita.
Namun, pernahkah terlintas dalam benak Anda apa yang terlihat dari Bulan ketika gerhana dini hari nanti terjadi?
Pada 2015, Badan Antariksa AS (NASA) membuat video tentang hal ini.
Tidak Berwarna Merah
Dalam video tersebut, terlihat Bumi tidak berwarna merah. Ini berbeda ketika kita menyaksikan gerhana dari Bumi, Bulan berwarna merah atau kerap disebut blood moon.
Hal itu karena Bulan tidak memiliki atmosfer seperti Bumi.
Bulan berubah merah karena atmosfer Bumi membiaskan, atau menekuk sinar matahari ke arah bulan.
Secara volume, sekitar 80 persen atmosfer Bumi terbuat dari gas nitrogen, atau N2, dan sebagian besar sisanya adalah gas oksigen, atau O2.
Gas-gas ini mengambil sinar matahari putih, yang merupakan campuran dari semua spektrum warna, menyebar di sekitar warna biru dan ungu.
Mata manusia jauh lebih sensitif terhadap warna biru daripada ungu, itulah sebabnya langit tampak biru dan matahari kuning bagi kita pada siang hari.
Saat matahari terbenam atau matahari terbit, sinar matahari yang mencapai mata kita telah melewati lebih banyak gas atmosfer.
Ini secara efektif menyaring warna biru dan membuat cahaya tampak oranye atau bahkan merah.
Baca juga: Benarkah Gerhana Bulan Pengaruhi Gelombang Tinggi? Ini Kata Ahli
Hal serupa terjadi saat gerhana bulan. Atmosfer bumi melengkung dan memfokuskan sinar matahari ke dalam bayangan bercahaya, berbentuk kerucut yang disebut umbra.
Cahaya tersebut memantul kembali dan memasuki mata kita. Inilah yang menyebabkan kita melihat warna merah saat gerhana bulan total.
Menurut Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) hal ini lebih mudah diamati ketika manusia berdiri di Bulan ketika BGT terjadi.