Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi di Luar Angkasa akan Jadi Kendala, Seperti Apa?

Kompas.com - 29/06/2018, 20:33 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada banyak pekerjaan rumah yang harus dipecahkan sebelum manusia pada akhirnya tinggal di luar planet ini. Mulai dari bagaimana kita bernapas, mendapatkan makanan dan air, hingga berkoloni atau berpasangan di luar angkasa.

Kini, satu persoalan kembali dilontarkan oleh para ilmuwan. Artikel yang dipublikasikan di British Journal of Surgery mengungkapkan pertanyaan bagaimana dan apa yang harus dilakukan ketika para astronot mengalami kecelakan.

"Astronot di masa depan atau kolonis pasti akan menghadapi berbagai patologi selama perjalanan jarak jauh mereka. Patologi bisa muncul karena gravitasi nol yang berkepanjangan, paparan radiasi kosmik dan juga trauma," papar para ilmuwan dalam makalah yang mereka terbitkan pada Selasa (19/6/2018).

Jika itu terjadi, manusia mungkin tidak siap menghadapinya. Sebab, banyak ruang yang dapat melukai seorang astronot, tetapi tidak banyak cara untuk mengatasi bahaya tersebut.

Baca juga: Astronot NASA Ungkap Kengerian Toilet di Stasiun Luar Angkasa

Saat ini, metode yang digunakan untuk mengatasi keadaan medis darurat yang terjadi di Stasiun Luar Angkasa Internasional adalah mengembalikan astronot ke Bumi sesegera mungkin.

Namun, bayangkan saja jika kondisi tersebut terjadi saat sedang melakukan perjalanan ke Mars yang membutuhkan waktu sekitar 9 bulan. Mengirim kembali astronot ke Bumi tidak akan menjadi pilihan.

"Jarak antara Bumi dan Mars adalah 78.200.000 kilometer yang berarti penundaan komunikasi sinyal radio sekitar 4 hingga 22 menit," tulis para ilmuwan.

Operasi di luar angkasa

Komandan Chris Hadfield dari Canadian Space Agency menjalani tes tekanan darah di luar angkasaNASA/ Chris Cassidy Komandan Chris Hadfield dari Canadian Space Agency menjalani tes tekanan darah di luar angkasa

Jika operasi di luar angkasa diperlukan, maka harus dilakukan secara langsung oleh manusia yang sangat terampil. Namun, bukan berarti kemudian masalah terselesaikan. Sebab, opsi ini juga menimbulkan masalah tersendiri.

Ruang penyimpanan pada pesawat luar angkasa yang ada tidak memungkinkan membawa peralatan medis.

"Tidak mungkin untuk membawa semua peralatan yang diperlukan untuk mengobati setiap kondisi di luar angkasa," jelas mereka.

Baca juga: Lika-Liku Astronot Perempuan jika Menstruasi di Luar Angkasa

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan melalui teknik cetak 3 Dimensi. Jadi astronot akan mencetak peralatan medis sesuai dengan kebutuhan.

Namun, pembedahan itu sendiri yang akan menjadi tantangan. Untuk mengatasi mikro gravitasi di luar angkasa, pasien secara fisik harus terkendali.

Selanjutnya, jika pasien sudah berada dalam posisi aman, cairan tubuh yang keluar dari luka terbuka akan menjadi tantangan lain yang lebih sulit.

"Darah dan cairan lain seperti urin bisa mengambang di permukaan dan menyebar ke seluruh kabin, (ini) berpotensi menciptakan biohazard yang mengancam kesehatan astronot," tambah para ilmuwan.

Lebih buruk lagi, tanpa gravitasi, usus pasien tidak akan tertahan di tubuh pasien. Usus yang kemudian mengambang bisa menyebarkan bakteri ke seluruh kapal.

Para ilmuwan berpikir kontaminasi ini bisa dicegah dengan menutup pasien dalam tempat khusus yang terpisah dari wahana. Semacam modul medis kecil yang disegel dan dibangun di wahana antariksa, diberi nama Traumapod.

NASA sendiri telah bekerja keras untuk mencari solusi, termasuk bereksperimen di bawah air untuk mensimulasikan lingkungan luar angkasa. Beberapa laboratorium juga tengah menyelidiki obat berbasis sel punca yang dapat membantu astronot meregenerasi tulang serta jaringan secara otomatis di lingkungan mikro gravitasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com