Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Kita Lebih Suka Makanan Berlemak dan Tinggi Karbohidrat

Kompas.com - 16/06/2018, 19:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Newsweek


KOMPAS.com - Ilmuwan gabungan dari AS, Jerman, Swiss, dan Kanada menemukan otak kita telah berevolusi untuk lebih berselera mengonsumsi makanan berlemak dan tinggi karbohidrat.

Para ahli percaya, hal ini bermula sejak manusia berevolusi mencari makanan yang dapat memberi energi lebih untuk menghadapi mara bahaya.

Saat masih berburu dan meramu, ahli mencatat manusia lebih banyak makan tumbuhan dan daging hewan. Jarang ada makanan dengan tinggi lemak dan karbohidrat.

Namun, sejak metode pertanian berkembang sekitar 12.000 tahun lalu, manusia lebih mudah memproduksi lemak dan karbohidrat baik secara terpisah maupun keduanya sekaligus. Donat baru dikenal 150 tahun terakhis, dan otak kita belum mengembangkan respons baru.

Baca juga: Alasan Kita Susah Ingat Kejadian Sebelum Usia 3 Tahun

Untuk memahami bagaimana otak bereaksi terhadap makanan, para ahli memindai 206 otak orang dewasa selagi mereka memandang foto berbagai makanan ringan yang tinggi lemak dan gula, atau kombinasi keduanya.

Selain pemindaian otak, para responden juga diberi uang untuk membeli makanan yang paling ingin dimakan.

Hasil pemindaian menunjukkan, makanan tinggi lemak dan karbohidrat membangkitkan sirkuit saraf di wilayah otak yang terlibat dalam regulasi respons hadiah, melebihi makanan favorit para responden.

Mereka juga menemukan makanan tinggi lemak dan karbohidrat mengungguli makanan manis atau porsi besar, dan responden rela mengeluarkan uang lebih untuk membeli makanan tinggi lemak dan tinggi karbohidrat.

"Makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat muncul untuk memberi sinyal potensi kalori ke otak dengan mekanisme berbeda," kata Dana Small dari Universitas Yale dalam sebuah pernyataan dilansir Newsweek, Jumat (16/5/2018).

Baca juga: Teknik Baru Tangkal Obesitas, Mengubah Lemak Jelek Jadi Lemak Bagus

"Studi kami menunjukkan ketika kedua nutrisi digabungkan, otak akan melebih-lebihkan jumlah energi dalam makanan," sambungnya.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism diharapkan dapat menambah pemahaman kita tentang penyebab obesitas dan mengapa kita tetap makan meski tidak lapar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau