Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Manusia Melahirkan di Mars? Studi Baru Menjawab

Kompas.com - 22/05/2018, 17:06 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Inverse

KOMPAS.com - Manusia sudah mengidam-idamkan melakukan perjalanan ke luar angkasa, termasuk juga untuk suatu saat bisa menetap di sana. Salah satu kandidat yang paling gencar dibicarakan sebagai Bumi selanjutnya adalah Mars.

Namun sampai saat ini para ilmuwan masih berspekulasi, bisakah tubuh kita beradaptasi dengan lingkungan di luar Bumi dan bereproduksi?

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Futures edisi Juni menjawab bahwa urusan reproduksi di planet merah ini rupanya tak mudah dan punya banyak tantangan medis.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbasis di University of Information Technology and Management, Rzeszów, Polandia ini berpendapat jika Mars memiliki atmosfer yang sangat tipis atau sekitar 100 kali lebih tipis dari Bumi.

Jadi, ada kekhawatiran radiasi kosmik akan terjadi lebih besar dibandingkan dengan Bumi.

Baca juga: NASA: Orang Pertama yang Menginjakkan Kaki di Mars Harus Wanita

Medan magnet Bumi juga melindungi kita dari angin matahari dan partikel ruang berenergi tinggi yang dapat membahayakan kita, sementara Mars tidak memilikinya. Tidak adanya perisai itu di Mars dikhawatirkan dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan janin.

"Tantangan terbesar untuk reproduksi manusia disebabkan oleh lingkungan ruang tertentu termasuk gravitasi mikro selama perjalanan panjang ke Mars, sinar kosmik, serta kehilangan kepadatan tulang," kata Konrad Szocik, seorang ilmuwan kognitif yang terlibat penelitian.

"Radiasi akan menjadi tantangan besar bagi reproduksi manusia, mulai dari awal pembuahan," imbuhnya.

Radiasi dan penurunan gravitasi di Mars memang bisa membuat reproduksi manusia menjadi jauh lebih berbahaya. Di Bumi sendiri, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), paparan radiasi dapat berbahaya bagi janin dan bisa berdampak pada perkembangan otak.

Dengan demikian seseorang dapat berasumsi bahwa lingkungan di Mars jauh lebih intens dalam memengaruhi perkembangan embrio serta sel reproduksi.

Baca juga: Siapa Orang Pertama yang Akan Mendiami Mars? Ini Jawaban Elon Musk

Selain membangun sistem terowongan bawah tanah yang rumit untuk melindungi kita semua dari radiasi, belum ada solusi jangka panjang lainnya jika kita memang akan menetap di sana.

Peneliti sendiri sempat melontarkan opsi yang lebih terdengar seperti film-film sains fiksi. Satu-satunya cara adalah mengubah tubuh manusia secara genetis agar lebih cocok tinggal di Mars.

"Metode CRISPR memungkinkan rekayasa genetik. Kita harus mempertimbangkan gagasan peningkatan manusia genetik sebelum dan selama misi di Mars," ungkap Szocik.

Akan tetapi, rekayasa genetika dan juga isolasi ruang angkasa dapat menghasilkan spesies Homo sapiens yang baru dengan sifat yang baru juga.

Dalam skenario seperti itu, ada tantangan etis baru yang muncul, yakni kemungkinan adanya hak dan moral baru bagi manusia Mars jika dibandingkan dengan manusia yang tinggal di Bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau