Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Eropa Kembangkan Tes Pernapasan untuk Deteksi Dini Kanker

Kompas.com - 18/05/2018, 21:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Banyak kasus pasien dengan kanker terlambat didiagnosis dan berakibat fatal.

Untuk menyelesaikan masalah ini, peneliti dari Imperial College London menggunakan alat tes pernapasan untuk mendeteksi kanker tenggorokan dan lambung.

Tak dinyanya, cara ini dapat membantu proses pemindaian dan diagnosis lebih cepat dan akurat.

Melalui alat tes napas, ahli dapat mengidentifikasi kanker esofagogastrik sampai 85 persen akurat.

Baca juga: Ahli: Olahraga Bisa Jadi Pil Obat Bagi Penderita Kanker

"Banyak pasien yang terlambat didiagnosis dan telah menunjukkan stadium akhir kanker," kata Profesor George Hanna, penulis utama studi yang terbit di Lancet Oncology, Kamis (17/5/2018).

"Ada kebutuhan mendesak untuk deteksi dini kanker. Tes napas ini dapat digunakan sebagai tes lini pertama sebelum investigasi invasif," sambungnya dilansir The Independent, Kamis (17/5/2018).

Tes Pernapasan

Hanna dan timnya melakukan uji tes napas pada 335 pasien di Royal Marsden dan Rumah Sakit Universitas London yang puasa selama empat jam sebelum tes berlangsung.

Alat pengukur pernapasan berbentuk tabung dimasukkan ke dalam tenggorokan pasien yang berada di bawah pasien. Saat pasien bernapas, alat ini akan mengumpulkan sampel yang kemudian dianalisis oleh teknisi.

Menurut Hanna, tes napas ini meninjau penanda kimia dari kanker yang muncul di saluran pernapasan dan dihembuskan saat kita bernapas.

Senyawa organik volatil (VOC) sangat khas ada di kanker esofagogastrik. Dengan menganalisis gas dan bahan kimia menggunakan spektroskopi massa, ahli dapat mengkalibrasi tes untuk mengidentifikasi kanker dari komponen lainnya.

Sebagai catatan, perawatan yang digunakan di Eropa dipatok dengan harga sekitar Rp 11.397.833 per pasien.

163 pasien didiagnosis memiliki kanker esofagogastrik, sedang 172 lainnya hanya sakit biasa yang tak perlu dikhawatirkan.

Namun, alat ini tidak dapat berfungsi bagi pasien yang datang dengan gejala awal dan tidak spesifik seperti gangguan pencernaan atau refluks asam.

"Tes napas kami dapat digunakan sebagai tes lini pertama sebelum penyelidikan invasif. Deteksi dini kanker memberi pasien lebih banyak pilihan perawatan dan lebih aman,” tambah profesor Hanna.

Baca juga: Melanoma Okular, Kanker Mata Langka yang Serang Puluhan Warga AS

Meski dapat mendeteksi dengan cepat dan terbukti akurat sampai 85 persen, Hanna merasa tes ini masih harus disempurnakan dengan uji coba yang lebih besar.

Dengan melibatkan praktik GP, diharap alat ini efektif mendeteksi gejala kanker di bagian lain tubuh, misalnya pankreas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau