Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2018, 20:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Selama ini kita tahu Mars memiliki dua bulan yang disebut Phobos dan Deimos. Asal usul dua bulan ini adalah misteri di kalangan ilmuwan selama beberapa dekade.

Teori sebelumnya menjelaskan bahwa Phobos dan Deimos adalah asteroid kecil yang terperangkap gravitasi Mars.

Kini, sebuah penelitian baru yang terbit di jurnal Science Advances, Rabu (18/4/2018), menawarkan cerita lebih dramatis.

Peneliti menyebut Phobos dan Deimos muncul setelah benda luar angkasa besar menabrak planet merah ini. Dalam tabrakan itu meninggalkan puing-puing yang kemudian berkumpul membentuk dua bulan kecil yang mengorbit dekat permukaan Mars.

Baca juga : NASA: Orang Pertama yang Menginjakkan Kaki di Mars Harus Wanita

"Temuan kami adalah pertama yang konsisten mengidentifikasi kejadian hingga melahirkan dua bulan kecil di Mars," kata pemimpin penelitian Dr Robin Canup, astrofisikawan dari Southwest Research Institute, dilansir The Independent, Rabu (18/4/2018).

Sebagai catatan, ukuran Phobos dan Deimos sangat kecil jika dibandingkan bulan bumi. Masing-masing berukuran 7,5 mil dan 14 mil.

Dari ukuran dua bulan itu, tim mulai mempelajari jenis objek langit yang menyerang planet merah.

"Temuan penting kami adalah ukuran penabrak Mars. Kami memperkirakan, objek langit yang dulu menabrak Mars berukuran besar. Ukurannya sama seperti asteroid terbesar, Vesta dan Ceres," kata Canup.

Ia berkata, saat benda berukuran 300 sampai 600 mil menabrak Mars maka akan meninggalkan puing-puing yang akhirnya mengorbit di badan planet.

Puing-puing yang berada di bagian luar kemudian berkumpul membentuk Phobos dan Deimos, sementara puing-puing yang berada dekat dengan Mars berputar dan melebur ke dalam planet.

Model komputer canggih yang digunakan para ilmuwan untuk mensimulasikan pembentukan bulan Mars juga memungkinkan tim untuk menyimpulkan seperti apa dua bulan itu.

"Model ini memprediksi bahwa dua bulan Mars berasal dari material yang berasal di Mars, sehingga komposisi massal sebagian besar elemen mirip dengan Mars," ujarnya.

"Namun, pemanasan ejecta (partikel yang terlempar) dan kecepatan lepas yang rendah dari Mars menunjukkan bahwa uap air hilang. Ini menyiratkan bulan tersebut kering," imbuhnya.

Baca juga : Akan Diluncurkan Pada 2020, NASA Mulai Rakit Robot Penjelajah Mars

Canup dan timnya yakin temuan mereka dapat dimanfaatkan untuk eskpedisi antariksa masa depan yang bertujuan menyelidiki Mars dan bulannya, misalnya misi Eksplorasi Bulan Mars Badan Antariksa Jepang (MMX).

Rencananya, misi MMX akan diluncurkan pada 2024. Mereka berencana mendarat di Phobos dan Deimos untuk mengumpulkan sampel sebelum dibawa pulang ke bumi lima tahun kemudian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com