Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji DNA Buktikan Kebenaran Legenda Asal-usul Masyarakat Inca

Kompas.com - 13/04/2018, 19:34 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com – Sebuah studi DNA baru oleh tim peneliti dari Peru, Brasil dan Bolivia membenarkan legenda asal-usul masyarakat Inca. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Molecular Gentics dan Genomics ini juga menjadi yang pertama mempelajari genetika keturnan modern dari Kerajaan Inca.

Walaupun kini kita menggunakan Inca untuk menyebut orang-orang yang dipimpin oleh kerajaan tersebut, istilah Inca sebetulnya hanya merujuk pada kelompok orang yang memimpin kerajaan Tawantinsuyu. Jumlah mereka hanya sekitar 40.000 orang di antara 10 juta penduduk di Andes.

Ada dua legenda yang menjelaskan asal-usul para Inca sebelum mereka tiba di lembah Cusco dan membangun Tawantinsuyu.

Legenda pertama menceritakan bahwa Manco Capac dan Mama Ocllo, anak-anak dari Dewa Matahari, datang melalui Danau Titicaca yang kini sekitar 500 kilometer dari perbatasan Bolivia Utara dan Selatan Peru. Lokasi ini pernah menjadi kerajaan Tiwanaku.

Baca juga : Arkeolog Temukan 60.000 Struktur Maya Kuno di Hutan Guatemala

Sementara itu, legenda kedua menceritakan bahwa empat Ayar bersaudara yang memiliki kekuatan magis datang dari gua di bukit Paccarictambo, sekitar 50 kilometer dari Cusco. Salah satu dari keempat saudara ini, Manco, tiba di lembah Cusco.

Namun, kebenaran kedua legenda tersebut terus dipertanyakan. Tidak sedikit juga yang menganggapnya sekadar mitos.

Tim peneliti yang dipimpin oleh  Universidad de San Martin de Porres, Lima, Peru, mendapatkan ide untuk menguji kebenaran legenda melalui DNA.

Masalahnya, mumi dan sisa-sisa tubuh Kaisar Inca dibakar dan dikubur di lokasi-lokasi tersembunyi oleh para penjajah Kristen.

“Oleh karena itu, untuk saat ini, hanya analisis genetika dari keluarga modern keturunan Inca yang bisa memberi petunjuk mengenai nenek moyang mereka,” ujar pakar genetika Jose Sandoval dari Universidad de San Martin de Porres.

Baca juga : Goa Bawah Air Terpanjang di Dunia Ungkap Jejak Suku Maya

Secara total, tim peneliti mempelajari dokumentasi dari 12 keluarga kerajaan Inca dan mencari keturunan mereka sekarang, yang mayoritas masih tinggal di kotan San Sebastian dan San Jeronimo, Cusco, Peru. Sejarawan Ronald Elward yang juga tergabung dalam studi menyebut mereka sebagai kelompok keturunan Inca yang paling homogen.

Para peneliti menganalisis kromosom Y dan mtDNA, lalu membandingkannya dengan data genetika 2.400 individu asli dari Peru, Bolivia, Ekuador, dan Brasil. Hasilnya menunjukkan adanya dua asal-usul patrilienal dari invididu yang hidup 1.000 hingga 1.500 SM.

Kedua haplotype ini disebut AWKI-1 untuk mereka yang keturunan orang Inca awal, Yahuar Huacac dan Viracocha; dan AWKI-2 yang keturunan Huayna Capac, ayah dari dua saudara yang terlibat perang perebutan Kerajaan Inca ketika para penjajah tiba.

Baca juga : Berusia 1.700 Tahun, Makam Raja Suku Maya Ditemukan di Guatemala

Menariknya lokasi para individu yang memiliki AWKI-1 dan AWKI-2 berkumpul di selatan Cusco, terutama di cekungan danau Titiaca dan bukit Paccarictambo yang berada di sebelahnya.

“(Ini) sesuai dengan mitos dasar Inca, yang mungkin merupakan dua gambar di waktu berbeda dengan perjalanan yang sama hingga sampai di Cusco,” kata Ricardo Fujita, pakar genetika dari  Universidad de San Martin de Porres.

Sementara itu, hasil analisis mtDNA menunjukkan garis matrilineal yang sangat bervariasi dari seluruh penjuru Andes.

“Ini mungkinan menunjukkan aliansi politik berupa perjodohan antara keluarga kerajaan Cusco dan putri-putri kerajaan dan ketua suku di seluruh Andes,” ujar Sandoval.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau