Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semeru Tak Bersalju, Ahli Beri Penjelasan Kejadian yang Sebenarnya

Kompas.com - 13/04/2018, 18:37 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber kompas.com

KOMPAS.com - Para pendaki Gunung Semeru, Jawa Timur, pada hari Kamis (12/4/2018), melihat jejak kaki berwarna putih mirip salju di jalur pendakian menuju puncak Mahameru

Saat itu para pendaki berada di ketinggian sekitar 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl), pada pukul 05.30 wib atau menejelang matahari terbit.  

Menurut ahli geologi, Rovicky Dwi Putrohari, apa yang dilihat para pendaki Gunung Semeru itu adalah air embun yang membeku, bukan salju yang turun dari pembekuan uap air.

"Salju itu merupakan air yang membeku karena adanya penurunan suhu yang cukup besar. Akan tetapi, air yang membeku di Semeru itu bukan salju yang sering terjadi di daerah dengan empat musim," kata Rovicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/4/2018).

Baca Juga: Inilah Asal Mitos Anis Gunung, Penunjuk Jalan Gunung Lawu

Rovicky mengatakan, penurunan suhu ekstrem di puncak Mahameru memang bisa menyebabkan air embun membeku. Suhu ekstrem tersebut biasanya terjadi menjelang terbit Matahari.

"Suhu yang sangat dingin di jam-jam tersebut akan mampu membuat air membeku, dan lebih tepatnya disebut embun yang membeku, bukan salju," katanya.

"Para wisawatan di Bromo pasti juga merasakan turunnya suhu saat menjelang matahari terbit. Namun, turunnya suhu ini tidak lebih rendah dari turunnya suhu di Mahameru, karena elevasi Mahameru lebih tinggi dari Bromo," katanya.

Baca Juga: Bagaimana Kristal Gunung Api Memudahkan Ilmuwan Prediksi Letusan?

Dikutip dari Kompas.com, Kamis (12/4/2018), petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sebenarnya sudah melarang pendaki untuk ke Puncak Mahameru, karena suhu dingin yang ekstrim di puncak.

Para pendaki hanya dibatasi sampai di Pos Kalimati, pos terakhir sebelum menuju puncak.

"Imbauan seperti biasa, menjaga selalu kesehatan dan membawa perlengkapan sesuai standar pendakian, serta bila fisik atau kesehatan tidak memungkikan tidak boleh dipaksakan melakukan pendakian," imbuhnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau