KOMPAS.com - Kendati secara awam sama-sama disebut tikus, tikus got dan tikus mencit punya hubungan sebagai mangsa dan predator. Tikus got akan menyantap tikus mencit yang berukuran lebih kecil.
Tapi tikus mencit tidak bodoh, ia punya sistem peringatan dini yang baik. Dalam Current Biology pada Kamis (29/3/2018), Kazushige Touhara dari Universitas Tokyo menerangkan bah mencit bisa menggunakan feromon pada air mata tikus got untuk menghindar.
Apabila tikus mencit mencium adanya feromon dari tikus got, tikus mencit memilih tidak melanjutkan aktivitas sementara. Ia akan mematung menunggu tikus got pergi dari daerah jangkauannya.
Hasil tersebut diperoleh setelah peneliti merancang percobaan menggunakan tikus Norwegia (Rattus novegicus) dan mencit (Mus musculus). Peneliti membasahi kapas dengan rat CRP1, senyawa feromon tikus got.
Lalu tikus got betina dan tikus mencit ditempatkan di dekat kapas-kapas tersebut untuk diamati. Di tempat lain, ditempatkan tikus dan mencit di dekat kapas yang tidak dibasahi protein milik tikus got jantan.
Pada kapas yang dibasahi senyawa feromon, tikus got betina mengedus dan salah tingkah. Sementara itu, mencit tak banyak bergerak. Selama satu jam eksperimen, denyut jantung tikus rumahan (mencit) melambat. Suhu tubuhnya menurun.
Baca juga : 22 Tahun Jadi Koleksi Pribadi, Fosil Predator Laut Purba Diungkap Ahli
Dikutip dari National Geographic pada Senin (2/4/2018), Touhara dan timnya berhasil mendapatkan kesimpulan bahwa feromon tikus rat jantan terbukti mempunyai kekuatan untuk menggiring tikus rat betina mendekat.
Sedangkan tikus mencit lebih memilih memaku supaya tidak terlacak oleh tikus rat di sekitarnya. Aksi diam ini baru disudahi jika tikus rat sudah benar-benar enyah dari sekitar tikus mencit.
Kesimpulan tim peneliti sekaligus mengantarkan pada pemahaman baru bahwa tikus mencit tidak hanya mendeteksi musuhnya melalui urin seperti yang diketahui selama ini, tapi juga lewat feromon.
Selain itu, hasil penelitian Touhara dan rekannya tidak melulu tentang protein baru dan respons perilaku tikus. Namun menjabarkan bahwa ratCRP1 memengaruhi otak dan saraf sehingga mencit menjadi lebih waspada terhadap kedatangan musuh.
Touhara menyebutnya sebagai “game of the animal kingdom”. Bagaimana komunikasi para binatang dalam satu kelompok seharusnya jangan sampai terlacak oleh musuh.
Pakar zoologi dari Universitas Oxford sekaligus ahli feromon, Tristram Wyatt berpendapat bahwa temuan tersebut menunjukkan adanya dorongan evolusioner bagi binatang untuk lebih peka dengan sinyal dari musuh.
Baca juga : Kejadian Kepunahan Predator Laut Terbesar Diungkap, Beginilah Kisahnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.