KOMPAS.com – Stasiun luar angkasa China, Tiangong-1, kini sedang jatuh menuju bumi. Ia diperkirakan masuk ke atmosfer antara 30 Maret hingga 2 April 2018.
Menurut Aerospace Corporation, sebuah lembaga konsultan operasi dirgantara nonprofit; Tiangong-1 yang beratnya 8.500 kilogram, panjangnya 10,5 meter dan diameternya 3,4 meter tidak akan terbakar seluruhnya di atmosfer.
Serpihan-serpihannya akan terlihat seperti meteor di angkasa sebelum jatuh ke tanah atau air pada bagian kuning (kemungkinan tinggi) dan hijau (kemungkinan rendah) pada peta di bawah ini.
Sebagai catatan, area yang tidak mungkin kejatuhan serpihan Tiangong-1 atau bagian berwarna biru, pada peta di bawah ini mencakup sepertiga permukaan bumi.
Baca juga : Soal Tiangong I Jatuh, LAPAN: Tak Perlu Khawatir, Tetap Waspada
Melihat lokasi perkiraan jatuhnya Tiangong-1 yang padat penduduk, ada kemungkinan seseorang akan tertimpa serpihan Tiangong-1. Namun, seberapa besarkah kemungkinan itu?
Aerospace memperkirakan bahwa kemungkinan seseorang di area kuning kejatuhan puing Tiangong-1 adalah satu dibanding 292 triliun. Artinya, orang tersebut 1 juta kali lebih mungkin menang lotre Powerball daripada kejatuhan puing stasiun luar angkasa China tersebut.
Sementara itu, kemungkinan seseorang di Indonesia atau wilayah hijau lainnya untuk mengalami kejadian naas tersebut lebih kecil lagi.
Namun, bila memang ada orang yang kejatuhan puing Tiangong-1, maka dia tidak akan menjadi yang pertama dalam sejarah.
Sebelumnya, yakni pada 1997, sepotong kecil roket Delta II menjatuhi bahu seorang warga Oklahoma, Amerika Serikat. Menurut NPR yang melaporkan saat itu, wanita bernama Lottie Williams ini merupakan orang pertama dalam sejarah yang kejatuhan sampah antariksa buatan manusia. Untungnya Williams tidak mengalami luka apa pun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.