KOMPAS.com - Penyakit bawaan seperti Rubella bisa mengakibatkan bayi lahir dengan kelainan mata. Kornea yang semestinya bening akan keruh.
Apabila anak terkena gangguan penglihatan demikian, maka fungsi penglihatan anak akan berkurang dan berakhir pada kebutaan. Transplantasi kornea diperlukan.
Ketua Bank Mata Indonesia, Tjahjono D. Gondhowiardjo, mengatakan, salah satu kesulitan penanganan penyakit mata pada anak adalah minimnya donor kornea.
Menurut Tjahjono, anak harus menerima donor kornea dari anak juga, bukan dari orang dewasa.
Pasalnya ketebalan kornea bayi umumnya lebih kecil dari ketebalan kornea dewasa. Ukuran kornea mata pada dewasa yakni 540 mikron atau setengah millimeter.
Baca juga : Kebutaan Kornea adalah Masalah Sosial, Peran Anda Dibutuhkan
Kesulitan lain adalah teknis transplantasi. Kornea anak punya kelenturan tinggi yang gampang berkerut. Ini membuat dokter perlu ketelitian saat tindakan transplantasi pada bayi.
“Proses penyembuhan butuh usaha yang lebih. Risiko pada anak lebih tinggi, tapi kebutuhannya juga tinggi. Sebab harus segera dilakukan,” ujar Tjahjono.
Transplantasi sejak dini akan meningkatkan peluang anak memiliki penglihatan normal ketika dewasa. Karenanya, tantangan transplantasi perlu diatasi.
“Di Indonesia cangkok paling muda pada anak umur dua tahun. Sedangkan di Singapura sudah ada yang dari usia enam bulan,” ujar Ketua Lions Eye Bank Jakarta, Sharita Siregar
Ia mengungkap, umumnya anak baru bisa menjalani transplantasi setelah menunggu satu hingga tahun lamanya saking terbatasnya donor kornea anak.
Pihaknya tengah berupaya meningkatkan kornea donor pada dewasa karena juga masih kekurangan. Lalu akan menggencarkan donor kornea pada anak.
Baca juga : Mata Minus Tetap Bisa Jadi Donor Mata, Ayo Ikut Atasi Kebutaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.