KOMPAS.com -- Joko Ridho Witono, peneliti utama bidang botani Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) mengakui bahwa dari sisi inovasi, kebun raya di Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga.
Untuk itu, pihaknya dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya mencoba mempersolek Kebun Raya Bogor.
"Dalam waktu dekat, tim manajemen akan merevitalisasi taman tematik bambu di dekat kantor Kebun Raya Bogor. Selama ini, kesannya tidak tertata dan banyak nyamuk," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (28/2/2018).
Langkah revitalisasi meliputi pembangunan bangku taman dan pembuatan jalan setapak. Selain itu, Kebun Raya Bogor akan melengkapi koleksi tanaman obat yang ada. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah.
Baca juga : Kebun Raya Punya 5 Fungsi, Apa Sajakah Itu?
Joko juga berkata bahwa anggrek yang ditempatkan di dalam rumah kaca juga akan ditata supaya tidak terlihat berjejal penuh. Tim manajemen merancang ulang rumah kaca supaya masyarakat yang berkunjung lebih nyaman mempelajari keanekaragaman anggrek yang ada.
Tidak menutup mata dengan perkembangan teknologi, pihak manajemen mulai memikirkan pembaruan yang menyesuaikan zaman supaya masyarakat tidak hanya berkunjung, jalan-jalan, dan berswafoto.
"Kami juga bikin aplikasi jelajah kebun raya yang bisa diunduh lewat (Google) Play Store. Lewat itu, masyarakat bisa mengetahui potensi dan manfaat tanaman yang ada di Kebun Raya," katanya.
Tim manajemen Kebun Raya Bogor, kata Joko, tengah melengkapi setiap tanaman dengan informasi yang terbaca pengunjung. Masyarakat diharapkan juga bisa memetik pengetahuan baru setelah kunjungan ke kebun raya.
Untuk menambah pengalaman baru bagi pengunjung yang datang, pihak Kebun Raya Bogor menyediakan program wisata flora. Joko mengatakan, semua info kegiatan sudah dicantumkan di website untuk memudahkan pengunjung mencari info.
Baca juga : Kebun Raya Indonesia Tonjolkan Tanaman Obat dan Lokal
"Menurut saya, keunggulan Kebun Raya Bogor justru pada tanaman tuanya, sehingga tidak bisa kita katakan negara lain misalnya, Singapura, lebih bagus. Kebun Raya Bogor mungkin lebih disenangi orang yang naturalis, suka alam yang asri," ujarnya.
Joko menyebut, fokus kebun raya yang ada di Indonesia adalah konservasi. Dengan demikian, apabila akhirnya dijadikan tempat wisata, itu merupakan bonus atas keberhasilan konservasi yang dilakukan.
Dikarenakan oleh fokus ini, maka penataan kebun raya juga harus mengikuti kaidah pertimbangan taksonomi (kekerabatan), asal pulau, atau fungsi (tematik).
Joko mencontohkan, penataan berdasarkan kekerabatan misalnya mengumpulkan berbagai pohon miranti dalam satu blok. Lalu, berdasarkan pulau misalnya tanaman asal Sumatera dan Kalimantan akan bergabung dengan tanaman yang sama-sama dari dua pulau itu.
"Kalau berdasar fungsi obat itu tematik namanya. Penataan bioregion pulau ada di Cibinong, ingin menciptakan miniatur hutan tropis," sebutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.