Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mengganggu" Saudara Ternyata Meningkatkan Risiko Kelainan Psikotik

Kompas.com - 20/02/2018, 10:07 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Mengganggu kakak atau adik adalah hal biasa dalam hubungan saudara. Kebanyakan, hal ini dilakukan sebagai cara untuk mendekatkan diri atau sekedar bercanda.

Namun siapa sangka, hal ini bisa menimbulkan risiko gangguan psikotik (kelainan jiwa ringan).

Sebuah penelitian baru oleh University of Warwick menyebut, orang yang diintimidasi oleh saudara kandung selama masa kanak-kanak memiliki kemungkinan 3 kali mengalami gangguan psikotik seperti skizofrenia pada awal masa dewasa.

Penelitian ini merupakan studi pertama yang mengeksplorasi hubungan antara intimidasi saudara dengan perkembangan gangguan psikotik.

Baca juga: Awas, Bullying Timbulkan Keinginan Bunuh Diri Saat Remaja

Untuk mendapat temuannya ini, Profesor Dieter Wolke, pimpinan penelitian mengamati hampir 3.600 anak dari Avon Longitudinal Study of Parents and Children. Anak-anak tersebut diminta menyelesaikan kuesioner rinci tentang intimidasi saudara pada usia 12 tahun.

Selanjutnya, anak-anak tersebut melakukan pemeriksaan klinis standar yang menilai gejala psikotik saat mereka berusia 18 tahun.

Dari para remaja yang diamati, 664 adalah korban perundungan, 486 di antaranya adalah pengganggu, sedangkan 771 adalah korban sekaligus pengganggu pada usia 12 tahun.

55 anak dari keseluruhan anak-anak yang diamati, telah mengembangkan kelainan psikotik pada usia 18 tahun.

Para peneliti juga menemukan bahwa semakin sering anak-anak terlibat dalam intimidasi saudara (baik sebagai pengganggu, korban, maupun keduanya), semakin besar kemungkinan mereka mengembangkan kelainan psikotik.

Meski begitu, anak-anak yang paling berisiko adalah korban dan korban sekaligus pengganggu. Risiko ini juga meningkat jika anak-anak tersebut juga menjadi korban perundungan di sekolah.

"Perundungan oleh saudara kandung hingga hari ini diabaikan sebagai trauma yang bisa menyebabkan masalah kesehatan mental serius seperti gangguan psikotik," kata Profesor Wolke, yang bekerja untuk Departemen Psikologi University of Warwic tersebut dikutip dari Science Daily, Senin (12/02/2018).

"Anak-anak menghabiskan banyak waktu dengan saudara mereka di dalam rumah keluarga, dan jika diintimidasi serta dikucilkan, ini dapat menyebabkan kekalahan sosial dan penyalahan diri sendiri, serta gangguan kesehatan mental yang serius seperti yang ditunjukkan di sini untuk pertama kalinya," imbuhnya.

Baca juga: Efek Jangka Panjang Bullying pada Pelaku dan Korban

Tak hanya itu, penelitian ini juga menemukan, anak-anak yang mengalami perundungan baik di rumah ataupun di sekolah bahkan 4 kali lebih mungkin mengalami gangguan psikotik daripada yang tidak mengalaminya.

"Jika perundungan terjadi di rumah dan di sekolah maka risiko gangguan psikotik lebih tinggi lagi. Remaja makin tak memiliki tempat yang aman," ujar Slava Dantchev, penulis utama penelitian ini.

"Meski kita mengendalikan banyak faktor kesehatan mentan dan sosial yang sudah ada, tidak dapat dikesampingkan bahwa masalah hubungan sosial mungkin tanda awal untuk mengembangkan masalah kesehatan mental serius daripada penyebabnya," sambung Dantchev.

Untuk itu, para peneliti menyimpulkan, orang tua dan tenaga kesehatan profesional harus diberi tahu tentang konsekuensi kesehatan mental jangka panjang yang mungkin timbul dari intimidasi saudara kandung. Harapannya, ada intervensi yang dikembangkan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya hal tersebut dalam keluarga.

Gangguan psikotik seperti skizofrenia atau bipolar biasanya menyebabkan pikiran dan persepsi abnormal (seperti delusi dan halusinasi). Hal ini membuat penderita sering mengalami kesulitan, perubahan mood dan perilaku, serta memiliki risiko bunuh diri yang sangat tinggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau