Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas "Stunting", Orangtua Wajib Amati Kenaikan Berat Badan Anak

Kompas.com - 10/02/2018, 20:33 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Para orangtua wajib memperhatikan tiap perubahan yang terjadi pada berat badan dan tinggi badan anak. Rutin memantau pertumbuhan anak membuat orangtua semakin mudah mengetahui potensi stunting pada anak.

Stunting merupakan keadaan di mana tinggi badan anak tidak sesuai usianya. Berat badan anak juga tidak mengalami perubahan, atau mengalami perubahan tetapi sangat lambat. Akibatnya, pertumbuhan tinggi badan anak mentok di angka tertentu.

“Kalau sudah dua bulan, berat badan anak tidak naik, diwaspadai terjadi stunting pada anak,” ujar Meta Herdiana Hanindita, dokter spesialis anak pada acara peluncuran bukunya di Jakarta pada Jumat (9/2/2018).

Menurut Meta, orangtua turut bertanggung jawab terhadap perkembangan anak sehingga tidak boleh abai untuk merekam setiap perubahan pertumbuhan pada diri anak dan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada puskesmas.

Baca juga : Menjemur Anak Jangan Sembarangan, Ikuti Panduan Ini

Orangtua yang kerap memberi pembenaran terhadap kejanggalan tumbuh kembang anak juga ditudingnya turut memperparah stunting pada anak. “Ah, enggak apa-apa anaknya kecil, yang penting pinter. Wajar badan anaknya enggak gede-gede, kan aktif,” ujar Meta menirukan celetukan para orangtua yang didengarnya.

Meta menegaskan, semua anak sehat itu pasti aktif dan mengalami pertambahan berat badan. Tidak seperti anggapan salah kaprah dari para orang tua. Bayi juga bisa diketahui apakah stunting atau tidak lewat growth chart (grafik pertumbuhan).

Anak yang mengalami stunting akan lebih berisiko terserang obesitas, penyakit kardiovaskular, dan stroke saat dewasa. Proses metabolik yang terhambat juga menjadi pencetus penyakit tersebut.

Dokter spesialis anak pun menceritakan bahwa penelitian pernah dilakukan untuk mengamati anak usia dua tahun dengan stunting dan anak yang sehat tanpa stunting.

Baca juga : Apakah Vaksin Benar-benar Aman bagi Anak? Dokter Menjawab

Saat dua kelompok anak ini berusia 25 tahun, anak dengan stunting cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan studi dan lebih berpotensi drop out. Hal ini berbeda dengan anak yang pertumbuhannya normal, kata Meta. 

"Stunting berdampak pada produktivitas bangsa. Anak dengan stunting saat dewasanya memiliki pendapatan per kapita yang lebih rendah karena terserap dalam bidang pekerjaan kasar," ujar Meta.

Meta pun menyarankan ibu hamil untuk tidak menjalankan diet non karbohidrat agar anak tidak stunting.

Ibu hamil tidak usah khawatir dengan kaki yang membengkak dan badan yang membesar saat mengandung, yang terpenting adalah tumbuh kembang janin sempurna dan tidak terkena stunting.

“Nutrisi yang dimakan ibu hamil itulah yang malah berperan besar untuk perkembangan bayi.  Kalau dokter menganjurkan mengonsumsi vitamin dan asam folat, ya dilaksanakan. Penting bagi bayi dan ibunya,” terang Meta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com