Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2018, 21:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com -- Pengembangan teknologi biasanya terinspirasi dari alam dan hewan. Hal inilah yang menginspirasi seorang peneliti asal Amerika untuk mengamati udang sentadu. 

Udang sentadu yang dinggal di laut dalam merupakan anggota ordo Stomatopoda. Spesies yang panjang tubuhnya bisa mencapai 30 sentimeter itu dikenal dengan keunggulannya dalam bertarung.

Udang berwarna mencolok memiliki dua senjata mematikan yang digunakan saat mencari makan, yakni cakar dan tinju. Mereka akan memecah cangkang kerang, kepiting, atau siput yang tergolong hewan moluska menggunakan tinju, dan cakarnya yang runcing digunakan seperti tombak untuk menusuk mangsa.

Pada udang sentadu yang berukuran besar, cakarnya bahkan bisa memotong jari manusia, sementara tinjunya bisa mencapai kecepatan 80 kilometer per jam dan memiliki akselerasi lebih cepat dari peluru kaliber 22. Tak heran jika hewan ini dinyatakan sebagai pemilik pukulan tercepat dalam kerajaan hewan.

Seperti diberitakan International Business Times, Selasa (16/1/2018), udang sentadu dapat memukul musuhnya sampai dua kali dengan sangat cepat dan tanpa basa-basi. Dampaknya cukup berat, dan bisa menembus kaca akuarium. Senjata yang dapat menghancurkan musuh yang seperti palu itu dikenal dengan dactyl clubs atau pentungan daktil.

Kekuatan udang sentadu mengilhami para peneliti untuk menciptakan bahan ultra kuat yang dapat digunakan untuk industri kedirgantaraan dan olahraga.

Baca juga : 7 Kasus Piton Melawan Hewan Besar dan Manusia Sepanjang 2017

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Advanced Materials, Januari 2018, para peneliti juga menemukan bahwa meski udang sentadu mengeluarkan tenaga yang sangat besar, hal itu tidak akan melukai dirinya sendiri dan senjatanya pun tidak rusak.

Para peneliti memeriksa kandungan dalam senjata udang sentadu yang mampu menghancurkan lawannya untuk dikembangkan sebagai alat yang dapat berguna untuk manusia. Penelitian yang dilakukan Dr David Kisailus dari Universitas California, Riverside dan koleganya telah menunjukkan bahwa susunan senjata mereka sangat rumit.

Mereka mengupas salah satu dari dua daerah dalam pentungan daktil yang disebut daerah lurik. Daerah tersebut memiliki serangkaian serat yang sangat selaras dan berfungsi untuk melindungi pentungan daktil agar aman dari dampak kekuatan.

"Kami percaya peran daerah lurik yang dilindungi oleh serat sangat mirip dengan sarung yang dipakai petinju saat bertarung. Ini sebagai daya tahan mencegah terjadinya kecelakaan," ujar Kisailus.

"Hal ini membuat pentungan diktil memiliki kekuatan luar biasa, ketahanan, dan perlindungan terhadap dampak," sambungnya, seperti dilansir dari Independent, Selasa (16/1/2018).

Struktur internal lurik juga ditemukan dalam senjata runcing semacam cakar yang berfungsi sebagai tombak. Struktur ini memungkinkan evolusi pentungan daktil yang sudah dipraktikkan sejak mereka menguliti mangsa pertama kali.

Baca juga : Peneliti Temukan Cara Hewan Laut Purba Bertahan dari Kepunahan

Selain membahas tentang materi dalam senjata udang sentadu, peneliti juga berhasil mengungkap bagaimana tinju spesies satu ini bisa bergerak dengan sangat cepat di dalam air.

Dalam makalah, dijelaskan bahwa tinju udang sentadu memiliki bentuk seperti "tetesan air mata" yang hidrodinamik. Bentuk ini dapat mengurangi resistensi yang disebabkan oleh air. Sebab itu, udang sentadu dapat memecah air dan meninju dengan sangat cepat.

Dalam makalahnya, Kisailus berkata bahwa sebenarnya alam sudah menyediakan banyak isyarat yang dapat dicontoh untuk mengembangkan hal baru. Senjata yang dimiliki udang sentadu hanyalah salah satu di antaranya.

"Menariknya, helm bersepeda aerodinamis dan stik golf sudah menerapkan hal ini untuk desain mereka. Ini menunjukkan bahwa alam satu langkah di depan manusia dalam mencapai struktur kinerja tinggi," tambahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com