Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citra Satelit Ungkap Kerajaan yang Hilang di Afghanistan

Kompas.com - 19/12/2017, 10:54 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Lagi-lagi citra satelit mengungkapkan kerajaan yang hilang. Kali ini sebuah citra satelit mata-mata mengungkapkan jejak pos terdepan jalur sutra dan kerajaan yang lenyap di daerah gurun pasir terlarang di Afghanistan.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Science tersebut menjelaskan bahwa wawasan arkeolog baru berasal dari citra puluhan tahun yang dikumpulkan oleh satelit komersial dan mata-mata, serta drone.

Di antara citra tersebut terdapat gambar caravanserai besar atau pos terdepan yang digunakan oleh para penjelajah jalur sutra selama ribuan tahun, serta kanal bawah tanah yang terkubur gurun pasir.

Sayangnya, situs arkelogi ini terlalu berbahaya untuk dijelajahi secara langsung. Karena itu, upaya pemetaan baru dengan cara ini memungkinkan para peneliti untuk mempelajari warisan arkeologi dengan selamat.

Baca Juga: Bagaimana Teknologi Foto Udara Menguak Misteri Struktur Kuno di Arab?

Penelitian ini sendiri didanai oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan dipresentasikan dalam pertemuan American Schools of Oriental Research di Washington, D.C.

"Saya berharap puluhan ribu situs arkeologi ditemukan. Hanya ketika situs-situs ini tercatat, mereka dapat dipelajari dan dilindungi," ungkap David Thomas, seorang arkeolog di La Trobe University of Melbourne dikutip dari Live Science, Kamis (14/12/2017).

Thomas merupakan salah satu peneliti yang telah melakukan penginderaan jauh di Afghanistan tapi bukan anggota tim pemetaan ini.

Beberapa situs yang paling mencolok dari citra satelit tersebut adalah caravanserai besar yang digunakan para penjelajah jalur sutra yang berasal dari abad ke-17. Penginapan ini bisa menampung ratusan orang dan ternak mereka dan dapat ditemui setiap 10 kilometer.

Laporan dalam jurnal Science tersebut menjelaskan bahwa para pendatang jarak jauh bisa melakukan perjalanan dalam sehari sebelum mereka beristirahat.

Jalur sutra adalah jaringan rute besar yang menjangkau dunia, mulai dari Jepang dan Korea di timur hingga Laut Mediterania di barat. Menurut UNESCO, selama berabad-abad, kemewahan seperti teh, permata, parfum, rempah-rempah, dan juga sutra dari timur membuat jalan ke barat sepanjang rute berbasis darat ini.

Pada titik tengah dari Asia Tengah, wilayah geografisnya sekarang berada di Afghanistan. Tepatnya pada persimpangan jalur perdagangan kuno ini. Karenanya, segala keuntungan mengalir melalui wilayah ini.

Baca Juga: Dari Langit, Tampak 400 Struktur Misterius di Arab Saudi, Apakah Itu?

Menurut misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA), ketika jalur sutra berkembang, kerajaan di wilayah tersebut mendapatkan banyak kekayaan.

Sayangnya, kebijakan konvensional setelah rute laut pada abad ke-15 dan ke-16 dibuka, perdagangan lebih mengarah ke India, China dan negara Barat. Rute kalifah dan negara yang dulunya kaya dari jalur sutra, tak lagi digunakan.

Namun citra satelit mata-mata yang baru mengungkapkan bahwa rute perdagangan tersebut masih berkembang beberapa abad kemudian.

Upaya ini juga mengungkap sejarah yang hilang dalam periode waktu tersebut. Gambar yang dikumpulkan pada 1970-an saat ini sedang diperiksa ulang untuk mengungkapkan kanal tersembunyi melalui provinsi Helmand dan Sistan di negara tersebut, jelas laporan tersebut.

Kanal-kanal ini kemungkinan dibangun pada masa kekaisaran Parthia dan membantu pertanian berkembang. Citra tersebut juga mengungkapkan peleburan agama yang terjadi di wilayah tersebut.

Peleburan agama ini dibuktikan dengan deitemukannya kuil api Zonoastrian hingga stupa Buddha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau