Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taruna Ikrar Terbukti Tak Dapat Nominasi Nobel, tapi Tetap Berprestasi

Kompas.com - 20/11/2017, 11:26 WIB
Gloria Setyvani Putri,
Michael Hangga Wismabrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum lama ini beredar surat terbuka berisi kesangsian atas gelar Prof. Dr. Taruna Ikrar di sosial media.

Dalam surat yang ditulis Ferizal Ramli (Ketua Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia-Jerman (IASI) periode 2014-2016), dia meminta penjelasan pada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Pro. Dr. Panut Mulyono, Rektor Universitas Gadjah Mada soal gelar Taruna Ikrar.

Ferizal merasa janggal dengan semua penghargaan dan gelar Taruna, yang menurutnya, sulit dilacak kebenarannya.

Beberapa yang dipersoalkan adalah nominasi nobel di bidang kesehatan pada tahun 2016, jabatan Taruna sebagai Presiden Bioblast Discovery, dan jabatan Taruna sebagai dekan di Pacific Health University.

Jumat (17/11/2017), Universitas California di Irvine, tempat Taruna pernah bekerja, memberi konfirmasi resmi

Baca Juga : Bagaimana Caranya agar Tak Muncul Dwi Hartanto Baru

"Saya dapat memastikan bahwa Dr Taruna Ikrar sudah meninggalkan Universitas California, Irvine pada 8 Agustus 2016," demikian diungkapkan Alan L Goldin, Associate Vice Chancellor untuk urusan akademik di Susan and Henry Samuelli College of Health Science, Universitas California.

"Sebagai tambahan, Universitas California, Irvine, TIDAK PERNAH menominasikannya untuk penghargaan Nobel atau penghargaan Nasional dan Internasional. Namanya juga tidak pernah diserahkan untuk pertimbangan penghargaan manapun. Saya sudah menjadi dekan Sekolah Kedokteran sejak 2012 dan saya tahu pasti tentang aktivitas semacam itu," imbuhnya.

Universitas California tegaskan pihaknya tidak pernah beri penghargaan Nobel atau apapun pada Taruna Ikrar. Universitas California tegaskan pihaknya tidak pernah beri penghargaan Nobel atau apapun pada Taruna Ikrar.

Banyak pihak menyayangkan klaim Taruna sebagai calon penerima nobel. Sebab, tanpa itu pun, Taruna sebenarnya berprestasi.

Hasil pelacakan di Google Scholar, taruna memiliki publikasi ilmiah yang cukup berdampak. Hasil risetnya beserta tim dipublikasikan di jurnal ilmiah dengan impact factor tinggi.

Dalam publikasinya di Nature Neuroscience pada Januari 2017 lalu, Taruna medeskripsikan soal mekanisme penghambatan di bagian korteks otak. Sementara pada tahun 2014 di Journal of Physiology, Taruna mengungkapkan soal rahasia tidur nyenyak. Ada banyak publikasi lainnya.

Baca Juga: Rahasia Tidur Nyenyak Ditemukan

Hingga berita ini diturunkan, Kompas.com telah berupaya mengontak Taruna tetapi belum mendapat respon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau